PWMU.CO-Menjaga hubungan baik dengan sesama merupakan ajaran Islam yang wajib diterapkan dalam kehidupan untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
Demikian pesan disampaikan Sekretaris Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kenjeran Maliki S.ThI dalam ceramah Subuh di Masjid At-Taqwa Jalan Pogot 1-3 Kenjeran Surabaya, Senin (21/5/2018).
Menurut Maliki, contoh riil bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin ketika Umar Bin Khattab menjabat sebagai khalifah yang kedua maka dia menyebarluaskan dan menambah kawasan Islam.
Umar diangkat menjadi Khalifah setelah mengantikan Khalifah pertama Abu Bakar AS-Siddiq. Dia adalah khalifah yang disayangi oleh Umat. Dia dikenal sebagai pemimpin yang adil dan penyayang kepada umat. Dia juga pemimpin pelindung pada kaum minoritas.
“Khalifah Umar ini menunjuk seorang gubernur di salah satu kawasan yaitu Amr Bin Ash sebagai Gubernur Mesir dan dia menjalankan misi Islam dengan terus menyebarluaskan ajaran Islam.” jelas Maliki.
Suatu Ketika Amr Bin Ash ini mempunyai tekad yang baik dalam mempertahankan ajaran Islam dengan membangun sebuah masjid.
Maka ditetapkan tanah kosong di suatu tempat untuk dibangun masjid, di sebelah tanah kosong itu ada sebuah rumah reot milik seorang Yahudi, Gubernur Amr bin Ash pun menyiapkan surat kepada orang Yahudi tadi dengan isi agar mengosongkan rumahnya karena akan dibangun masjid.
Gubernur Amr bin Ash pun menyiapkan uang untuk membeli rumah reot Yahudi tua itu. Namun tawaran yang sudah berlipat-lipat harganya ditolak. Akhirnya orang Yahudi itu tetap tidak mau pindah sehingga membuat Gubernur Amr bin Ash merasa kesal dan memerintahkan pasukannya untuk mengusir si Yahudi dan membongkar rumahnya untuk pembangunan masjid.
Setelah rumahnya dirobohkan, orang Yahudi ini bingung mau tinggal dimana lagi. dalam kebingungan itu dia ingat bahwa ada seorang pemimpin Islam yang baik, dengan melakukan perjalanan yang jauh dia pergi ke Madinah untuk mengadu kepada Khalifah Umar Bin Khattab, atasan Gubernur Amr bin Ash.
Dalam perjalan dia berpikir apakah dia diterima oleh Amirul Mukminin, mengingat dia berpakaian compang camping. Dengan berjalan kaki sampailah orang Yahudi tadi di rumah khalifah Umar Bin Khattab.
Di sepanjang jalan menuju Madinah, Yahudi itu berpikir bagaimana sosok sang khalifah, apakah ia sama sikapnya dengan sang gubernur. Hingga akhirnya ia sampai di kota Madinah. Ia bertemu dengan seorang pria yang duduk di bawah pohon kurma. Ia bertanya, “ Wahai tuan, tahukah anda dimana khalifah?”
Lelaki itu menjawab, “Ada apa kau mencarinya?”
“Aku ingin mengadukan sesuatu.” Jawabnya. Ia bertanya lagi, “Di manakah istananya?”.
“Ada di atas lumpur.”jawab lelaki itu.
Yahudi itu bingung atas jawabannya kemudian ia bertanya lagi, “Lalu, siapa pengawalnya?”
“Pengawalnya orang-orang miskin, anak yatim dan janda-janda tua.”.
Yahudi itu bertanya lagi, “Lalu pakaian kebesarannya apa?”.
“Pakaian kebesarannya adalah malu dan taqwa.”
Yahudi itu bertanya lagi,”Di mana ia sekarang?”
Lelaki itu menjawab, “Ada di depan engkau.”
Sungguh kaget Yahudi itu. Ternyata yang sejak tadi ia tanya adalah seorang Khalifah, ia ceritakan segala apa yang dilakukan oleh Gubernur Mesir padanya.
Laporan tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab marah dan wajahnya menjadi merah padam. Setelah amarahnya mereda, kemudian orang Yahudi itu diminta untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah, lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang, lalu tulang itu pun diserahkan kembali kepada orang Yahudi tersebut sambil berpesan: “Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir dan berikanlah kepada Gubernur Amr bin Ash”, jelas Khalifah Umar bin Khattab.
Si Yahudi itu kebingungan ketika diminta untuk membawa tulang yang telah digores dan memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Gubernur Amr bin Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya menggigil kedinginan serta wajahnya pucat pasi.
Saat itu juga Gubernur Amr bin ‘Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reot milik orang Yahudi itu.
“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amr bin Ash gemetar.
Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah laku Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.
“Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.
Gubernur Amr bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”
“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.
“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, “Apa pun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.
Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan dalam Islam.
“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.
Yahudi itu mengucapkan syahadat dan ia mengikhlaskan gubuknya sebagai area masjid. Itulah Khalifah Umar, seorang Yahudi masuk islam berkat keadilan dari Umar.
“Inilah riwayat dan sejarah yang ada dan inilah contoh Agama Islam yang rahmatan lil alamin itu, Islam mengajarkan kepada Umatnya untuk saling menjaga, mengayomi, menjaga persatuan dan kesatuan. Mari kita ajarkan hal seperti ini kepada diri kita dan keluarga kita agar hidup ini penuh arti dan bermanfaat.” jelas Maliki.
‘Islam tidak hanya mengajarkan menjaga hubungan baik dengan sang khalik atau hablumminallah tapi Islam juga mengajarkan bagaimana umatnya ini menjaga hubungan baik dengan sesama manusia atau hablumminannas.” pungkasnya. (Habibie)