PWMU.CO– Etos Dahlanian menjadi salah satu bahasan utama dalam Tadarus Pemikiran yang diadakan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Acara ini bekerja sama dengan Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM dilaksanakan di Ruang Senat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu-Kamis (23-24/5).
Diskusi dengan tema Rebranding Muhammadiyah: Dialektika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah mengangkat dua bahasan. Pertama, semangat Ahmad Dahlan atau Dahlanian yang tertera pada wujud otentisitas. Kedua, semangat itu harus disesuaikan dengan zaman sekarang ini, terwujud dalam perubahan pemikiran.
Ketua Panitia Subhan Setowara mengatakan, etos Ahmad Dahlan ini harus tetap dipegang teguh dengan beberapa pembaharuan yang disesuaikan dengan era kekinian. Jadi, jiwanya atau ruhnya otentisitas (asli), model gerakannya baru alias menyesuikan perkembangan zaman.
Tadarus Pemikiran, Subhan menjelaskan, kegiatan ini kali pertama diadakan pada 2003, selang beberapa bulan dengan pendirian JIMM. Tujuannya agar menampung kalangan muda Muhammadiyah dalam mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran.
“Tidak hanya Malang, beberapa kota juga pernah mengadakan. Bergantung siapa host yang siap,” ujar alumnus UMM itu.
Ada beberapa poin penting mengenai diadakannya Tadarus Pemikiran tahun ini. Pertama, menguatkan filantropi. Kedua, isu yang diangkat dari masyarakat. “Ketiga, kebutuhan masyarakat. Dan keempat transformasi sosial, yaitu di wilayah ekonomi, pendidikan, kesehatan,” terang anggota PSIF UMM tersebut.
Sementara Pradana Boy ZTF PhD, ketua PSIF UMM sekaligus presidium JIMM, mengatakan, Muhammadiyah di satu sisi menumbuhkan gagasan intelektual dan di sisi lain melaksanakan praksis sosial. “Keduanya harus seimbang,” tuturnya.
Kegiatan ini, sambungnya, dimaksudkan untuk perkaderan intelektual bagi kader-kader muda Muhammadiyah. “Pada masa-masa yang akan datang bisa berjalan secara berkesinambungan, dan kita berharap Pak Rektor selalu mendukung kegiatan yang berdimensi intelektual seperti ini,” katanya.
Di tengah Pradana Boy memberikan sambutan, Rektor UMM Fauzan datang. “Saya senang dengan kegiatan seperti ini. Apalagi isinya anak-anak muda. Muhammadiyah membutuhkan kegiatan intelektual seperti ini,” ungkapnya disambut tepuk tangan para peserta tadarus pemikiran.
Fauzan menilai kegiatan intelektual seperti ini sangat penting bagi Muhammadiyah, karena dalam internal persyarikatan selalu muncul perdebatan tentang hal-hal yang bersifat ideologi, baik berkaitan dengan pemikiran maupun gerakan.
Ia juga berharap kegiatan Tadarus Pemikiran JIMM harus diselenggarakan secara masif, tidak hanya bersifat momentum. “Mas Boy, kalau bisa acara seperti ini sering-sering diadakan, jangan hanya ketika Ramadhan. UMM tidak akan kehabisan uang,” selorohnya diikuti gelak tawa peserta.
Hadir dalam diskusi ini antara lain Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim, Prof Dr Zakiyudin Baidhowi, Dr Zuly Qodir, dan Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin. Juga datang Ismail Suardi Wekke, dosen STAIN Sorong Papua. (Achmad San, Aditri)