PWMU.CO – Sahabat Nabi bernama Abu Ubaidah bin Jarrah termasuk sahabat yang dijanjikan masuk surga meski tidak termasuk Khulafaur Rasyidin. Ulasan tersebut disampaikan Muhammad Fadloli Aziz SSi MPd mengawali ceramah Pembinaan Tarawih Anak di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Rabu (23/5/18).
Diceritakan oleh Aziz—sapaannya—Abu Ubaidah mendapat gelar dari Rasulullah sebagai “Al Amin Hadhihil Ummah” karena dia bisa menjaga amanah dari umatnya. “Abu Ubaidah ini anak-anak, dia termasuk golongan Assabiqun Al Awwalun, yaitu orang yang pertama kali masuk Islam. Setelah masuk Islam, perjuangannya luar biasa,” ujarnya.
Aziz menjelaskan, perjuangan Abu Ubaidah sangat besar ketika Islam mulai berkembang. “Dalam perang Badar, Abu Ubaidah ini termasuk orang yang terdepan dalam perang. Saat itu, umat Islam selalu dikejar-kejar,” papar ayah tiga anak tersebut.
Karena perjuangan Abu Ubaidah yang sangat besar untuk Islam, lanjutnya, ada seseorang yang sangat beringas mengejar Abu Ubaidah. “Abu Ubaidah sengaja menghindari orang tersebut karena sebetulnya Abu Ubaidah sangat sayang dengan orang tersebut. Tapi orang itu masih mengejar terus. Sampai akhirnya sangat terjepit, dengan terpaksa Abu Ubaidah harus menyerang orang tersebut hingga meninggal dunia. Kalian tahu siapa dia? Dia adalah ayahnya sendiri,” cerita Aziz penuh penghayatan membuat anak-anak tenang menyimak.
Tidak hanya pintar di medan perang, Aziz menjelaskan, Abu Ubaidah termasuk orang yang cerdas. “Suatu saat ada orang Nasrani menghadap Rasulullah. ‘Wahai Abal Qasim, di negeri kami terjadi perpecahan masalah hukum. Tolong dikirim orang yang paling engkau percaya, karena engkau adalah khalifah di sini’ ungkapnya. Nah, ternyata anak-anak, pada saat selesai shalat Dhuhur, Rasulullah meminta Abu Ubaidah untuk bertugas menyelesaikan masalah tersebut,” jelas Aziz.
Guru kelas V tersebut melanjutkan, tepatnya 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriyah, saat umat Islam sangat bersedih karena Rasulullah wafat, beberapa sahabat akhirnya berkumpul dan menentukan siapa khalifah selanjutnya. “Abu Bakar dan Umar bin Khathab memilih Abu Ubaidah dengan alasan Abu Ubaidah orang yang terpercaya dalam menjalankan amanah. Bahkan dijuluki oleh Rasulullah sebagai Al Aamiin Hadhihil Ummah. Tapi Abu Ubaidah menolak menjadi khalifah dan memilih Abu Bakar, karena orang yang pertama kali menjadi imam semasa Rasulullah masih hidup adalah Abu Bakar,” papar Aziz.
Dari cerita tersebut, Aziz berpesan, untuk memilih seorang imam, pemimpin, termasuk pemimpin di kelas, kita bisa melihat dua hal tadi. “Termasuk juga ketika memilih pemimpin negara. Carilah yang memenuhi dua hal, yakni bisa amanah dan shalatnya bagus, maka dia akan mampu beramar ma’ruf nahi munkar,” tuturnya.
Terakhir, guru asli Bungah Gresik tersebut menceritakan, Abu Ubaidah akhirnya selalu dipercaya sebagai panglima perang baik pada masa Abu Bakar maupun Umar bin Khattab. “Tak hanya sebagai panglima perang yang santun, termasuk juga dipercaya menjaga keuangan kerajaan atau negaranya. Ia juga pernah ditunjuk oleh Umar bin Khattab menjadi gubernur di Negeri Syam dan rakyatnya menjadi sejahtera,” jelasnya.
Namun anak-anak, lanjut Aziz, Umar bin Khattab pernah ke rumah Abu Ubaidah dan menangis. “Yang dilihat adalah rumah yang sangat sederhana. Tidak terlihat barang-barang mewah di rumahnya, yang itu berbeda dengan pemimpin-pemimpin jaman sekarang. Bahkan hadiah uang dari Umar pun dibagikan kepada beberapa rakyatnya yang masih membutuhkan,” papar guru IPA tersebut.
Aziz menambahkan, salah satu yang mengharukan adalah ketika negerinya diserang wabah penyakit yang sangat berbahaya. “Abu Ubaidah menolak perintah Umar yang menyuruhnya kembali. ‘Maaf Khalifah Umar, aku tidak bisa meninggalkan rakyatku dalam kondisi seperti ini,’ jawab Abu Ubaidah. Mendengar itu, khalifah Umar menangis karena akhirnya Abu Ubaidah wafat akibat penyakit tersebut saat shalat,” tutup Aziz mengakhiri ceritanya.
Ia berharap anak-anak bisa menjadi pemimpin yang hebat, yang bisa meneladani para khalifah sekaligus sahabat-sahabat Rasul yang luar biasa. (Vita)