Demikianlah alam fikiran orang Muhammadiyah. Karena itu siapa saja golongan dari partai apapun, bangsa apapun, dipersilakan untuk turut mengaji, turut mendatangi tabligh-tabligh umum, turut mendatangi kursus-kursus umum yang diadakan oleh Muhammadiyah dan Muhammadiyah tiada keberatan bahkan berterima kasih.
(Baca: Setelah Kongres Boedi Oetomo di Rumah Kyai Dahlan, Inilah Dampak Positifnya untuk Muhammadiyah dan 5 Pertanyaan Pak AR untuk Warga Muhammadiyah saat Mendesain Interior Rumah)
Sementara terkait dengan bid’ah, kata Pak AR …… Muhammadiyah hanya berpedoman kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Ialah bahwa kita harus menjauhi perbuatan bid’ah. Semua bid’ah dalam agama itu sesat dan semua yang sesat itu neraka tempatnya. Meskipun demikian pendapat Muhammadiyah terhadap bid’ah, namun Muhammadiyah tidak setuju kalau semua ahli bid’ah itu hanya dicaci-maki, dikutuk, dilaknati, dikatakan masuk neraka dan sebagainya.
(Baca: 4 Pesan Pak AR pada Calon Pengantin dan Islam Tertawa yang Bedakan Islam Indonesia dengan Timur Tengah)
Menurut Muhammadiyah demikian itu bukan menambah dekat malahan menambah jauh. Muhammadiyah cukup menunjukkan amalan-amalan dan hal-hal yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Kepada mereka kaum muslimin yang masih suka kepada bid’ah itu adalah terserah mereka, Muhammadiyah akan terus bekerja memberikan penerangan dan penjelasan-penjelasan tentang amal-amal ibadah yang menurut sunnah Rasulullah, menurut Al-Qur’an dan Hadis dan terus mengajaknya.
(Baca: Ini Pesan Pak AR: Cara Menasehati Istri dan Anak dan 5 Pesan Pak AR untuk Suami-Istri agar Rumah Tangga Bahagia)
Memang dalam langkah atau cara Muhammadiyah yang demikian itu banyak juga yang mengatakan bahwa Muhammadiyah itu lemah iman, tidak berani tegas terang-terangan. Terhadap pendapat yang demikian Muhammadiyah pun berterima kasih.
Muhammadiyah ingin menenggang, Muhammadiyah ingin rasa ukuwah islamiyah supaya terjaga. Muhammadiyah ingin hendaknya tali persaudaraan jangan terputus. Sebab Muhammadiyah berfikir bahwa dengan tak usah memperuncing saja orang lain sengaja memecah umat Islam. Konon kalau kita retak sesama Islam tentu orang lain juga yang beruntung. Benar tidaknya, Wallahu A’lam Bishowab!
(Diolah dari Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah, halaman 21-23 dan 32-33)