PWMU.CO – Banyak orang bilang di Muhammadiyah kering dari kegiatan ritual ibadah. Muhammadiyah dinyatakan kering dari ritual-ritual yang menentramkan hati seperti yang dilakukan para penganut tasawuf atau kelompok yang hanya berkutat pada urusan rohani. Bahkan ada pula yang menyatakan bahwa Muhammadiyah tidak hanya kering, tapi juga cenderung sumuk bahkan umup.
Guyonan sindiran menggelitik dari pihak luar ini disampaikan DR Mohammad Nurhakim dalam Baitul Arqom guru dan karyawan SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Sidoarjo, Ahad (27/5). “Sebenarnya ritual ibadah yang bisa dilaksanakan sangat banyak. Jika kita konsisten mengamalkannya, pasti sudah seperti sufi,” papar ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim ini.
Ia mengambil contoh shalat tarawih yang dilaksanakan Muhammadiyah dibandingkan dengan beberapa kelompok lain. Di Muhammadiyah yang hanya sebelas rakaat itu ternyata pelaksanaannya, rata-rata sekitar satu jam. “Biasanya shalat Isya’ selesai pukul 19.20, baru bersiap tarawih dan selesai pukul 20.15,” urainya.
“Lha di masjid kita baru mau mulai tarawih, di masjid sebelah sudah teriak horee. Artinya mereka sudah selesai,” jelas dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini disambut geer peserta.
Selain shalat lail, juga shalat sunnah rawatib yang harus digalakkan. Setiap shalat wajib selalu dilaksanakan shalat-shalat sunnah yang mengiringinya, maka sudah luar biasa. “Apalagi kalau shalat Subuh, diawali shalat sunnah fajar, lalu shalat subuh. Setelah subuh, dzikir hingga syuruq kemudian shalat sunnah Isyroq. Apa masih kering?” tanya doktor lulusan Malaysia ini.
Selain shalat, juga banyak puasa. Ada puasa sunnah Senin-Kamis, ada Ayyamul Bayd tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan, dan lain-lain. “Rumah sakit Aisyiyah Malang itu membuat kalender yang ditandai pada tanggal 13, 14, 15 hijriyah untuk pelaksanaan puasa ayyamul bayd,” terang Norhakim tentang salah satu cara Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) “mengingatkan” tanggal-tanggal ibadah. Spiritual akan semakin tidak kering jika dzikir pagi dan dzikir petang juga dilaksanakan.
Justru sangat penting dari semua itu adalah istiqamah. “Shalat lail begitu terjaga setiap harinya. Seperti para ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, selalu terjaga shalat malamnya. KH AR Fachrudin dan ketua-ketua lainnya sangat menjaga shalat lail. Itulah tasawuf Muhammadiyah,” pungkas Nurhakim. (ernam)