PWMU.CO – Kisah Mohammed Salah, striker bola klub Liverpool, bisa dijadikan inspirasi dalam berpolitik. Pemain tim nasional Mesir ini adalah seorang muslim kental. Tiap satu gol yang dicetaknya bisa menjadi inspirasi beberapa orang di luar Muslim untuk bersyahadat. Pesan itu disampaikan anggota DPRD Jatim Suli Daim, dalam Reses II 2018 di Panti Asuhan Muhammadiyah Ngawi (28/5).
Di hadapan 120-an peserta, Suli Daim menyatakan bahwa hingga saat ini tidak sedikit Muslim yang masih enggan berpolitik, dengan alasan berbagai faktor. “Padahal untuk dapat mencetak gol, seharusnya jadilah pemain, bukan penonton,” jelas Suli sambil merujuk pada striker Liverpool Mohammed Salah.
Kisah Mohammed Salah, Striker Liverpool, yang notabene adalah seorang muslim kental, bisa menjadi contoh yang dapat diaplikasikan dalam dunia politik. Satu gol yang dicetak oleh M. Salah, menjadi inspirasi beberapa orang di luar untuk bersyahadat.
“Kekuasaan itu sakti, hanya dengan selembar kertas mampu mengubah sesuatu yang tak hanya kecil. Tapi sesuatu yang besar pun dapat diubah,” papar Suli. Jika kekuasaan itu berada di tangan orang-orang Muslim, tentu harapan kehidupan berbangsa dan bernegara memihak Muslim.
“Saat memilih pemimpin, yang nanti akan menjadi pemegang kekuasaan, maka kita harus menjadi pemilih yang cerdas. Kita mesti mengetahui rekam jejak calon pemimpin,” lanjut Suli sambil menyatakan makna “merakyat” bisa dilihat dari keputusan-keputusan yang dilahirkan berpihak kepada rakyat.
“Sebagai muslim, tentunya kita tahu pesan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa kedzaliman akan tetap ada, bukan karena adanya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang baik,” jelas Suli sambil memaparkan jika selama ini umat Islam masih sering menjadi objek kekuasaan, bukan subjek kekuasaan. Beberapa peluang bagi umat Islam untuk mengembangkan kekuasaannya, namun hingga kini masih dirasa sangatlah minim peluang itu dapat dikembangkan.
Jika melihat sejarah, mulai dari runtuhnya Orde Lama berganti ke Orde Baru, lalu tumbangnya Orde Baru ke era Re-formasi. “Ada tatanan baru untuk umat Islam, di awal-awal masih bagus, tapi seiring berjalannya waktu Umat Islam lagi-lagi kehilanngan banyak peluangnya.”
Ditambah lagi, masyarakat telah dicuci pemikirannya, media elektronik dibranding, bahwa semua partai politik(parpol) itu sama. Tidak ada perbedaan antara parpol islam dengan yang lain. Akhirnya, masyarakat sebagai penonton menyimpulkan bahwa semua parpol itu sama. Mirisnya lagi, yang terjadi di lapangan adalah siapa pemilik modal, maka dialah yang berpeluang. Hingga ada opini NPWP, Nomor Piro Wani Piro. “Ini yang sebetulnya menjadi PR bersama,” jelas Suli Daim.
Menyinggung tentang Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), kata Suli, sebetulnya punya idealitasi Integritas, dan kapasitas. Sayangnya saat ini masih sangat minim tempat baginya, khususnya di dunia politik. “Sehingga seharusnya AMM mulai mendata kader-kadernya yang berkompeten, dan mendukungnya untuk berpolitik,” tegas Suli.
Jika sudah ada kader yang maju ke pentas politik, kata Suli Daim, yang dibutuhkan tidak cukup dengan kata ‘siap’ tapi harus ‘siap grak’. Tugas kita sekarang adalah lakukan pendidikan politik, sampaikan kepada masyarakat, saatnya memilih pemimpin yang baik. (upick)