PWMU.CO – “Suatu ketika ada seorang Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW. ‘Ya Rasul apakah Allah itu jauh apa dekat? Kalau Allah jauh maka saya akan berdoa dengan suara yang lantang dan keras supaya doa saya didengar dan bilamana Allah itu dekat maka saya akan berdoa dan bermunajat dengan suara yang lembut, yang lirih-lirih saja’.”
Demikian kisah asbabul nuzul yang disampaikan Ustadz Drs H. Moh. In’am MPdI mengawali kultum di Masjid At Taqwa Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Perumahan Pongangan Indah (PPI) Gresik, Kamis (31/5/18).
Mengutip Alquran Surat Albaqarah Ayat 186, In’am menyampaikan
“Wa’idza sa’alaka i’badi ‘anni fa’inni qaribun ujibu da’watad daa’i idza da’aan fal yastajibuuli wal yu’minuubii la’allahum yarsyudun” (dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka memperoleh kebenaran).
Menurut In’am, dengan turunnya ayat tersebut, maka pertanyaan seorang Sahabat tadi sudah terjawab. “Bahwa Allah itu maha dekat dan bilamana berdoa dan bermunajat kepada Allah tidak perlu dengan suara yang keras, suara yang lantang akan tetapi cukup dengan suara yang lirih-lirih saja,” jelasnya.
Disampaikan juga sebuah kisah Nabi Muhammad yang berkaitan dengan tata cara berdoa. “Ada seorang yang naik ke puncak bukit kemudian menyeru Allah dengan suara yang keras maka dipanggillah orang tadi untuk turun dari bukit dan menghadap Nabi, lalu Nabi meminta kepada orang tadi apabila menyeru, memanggil, berdoa kepada Allah tidak perlu dengan suara yang keras karena Allah bukan dzat yang tuli tapi Allah adalah dzat yang Maha Mendengar, dengan demikian bilamana berdoa kepada Allah tidak perlu dengan suara yang keras tetapi dengan suara yang lirih-lirih saja,” tegasnya.
Begitu pula, tegas In’am, bilamana kita berdzikir kepada Allah hendaknya dengan suara yang lirih-lirih saja sesuai dengan Alquran Surat Al-A’raf Ayat 205 yang artinya, “Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang dan janganlah dirimu menjadi golongan orang yang lalai.”
Ringkasnya, in’am menekankan, dalam hal berdoa dan berdzikir kita telah mendapat petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. “Tidak perlu dengan suara yang keras atau suara yang lantang tetapi dengan suara yang lirih-lirih saja,” tambahnya
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik itu mengatakan, terkait dengan doa di bulan Ramadhan ini ada kesempatan emas buat orang yang menunaikan ibadah puasa, yang apabila berdoa dengan sungguh-sungguh akan dikabulkan oleh Allah.
“Ada tiga kelompok manusia yang apabila berdoa langsung dikabulkan oleh Allah (mustajabah),” ungkapnya
Yang pertama adalah orang yang bepuasa hingga berbuka. “Ada beberapa alasan yaitu karena orang yang tengah menjalankan perintah Allah, orang yang berpuasa di samping menahan lapar dan dahaga, meninggalkan makanan dan minumana karena takut kepada Allah juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan Allah,” urainya. “Dan orang yang bepuasa apabila bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah niscaya doanya akan terkabul.”
Yang kedua adalah doa orang yang teraniaya. Orang yang teraniaya baik batin maupun fisiknya adalah orang yang gampang dikabulkan doanya oleh Allah. “Oleh sebab itu kita harus berhati-hati jika menghadapi orang yang teraniaya atau kesusahan. Jika kita tidak dapat membantu sebaiknya tidak melakukan tindakan yang bisa menyakiti hatinya. Karena Allah menjamin doa mereka akan terkabul,” terang dia.
Dan yang ketiga adalah orang yang berpergian sampai kembali ke kampung halamannya. Orang yang berpergian karena Allah ini juga dalam keadaan sengsara (rekoso) dan orang yang rekoso lebih dekat kepada Allah, maka apabila berdoa langsung dikabulkan.
“Mumpung masih di bulan Ramadlan mari kesempatan ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk berdoa, beribadah dan beramal khususnya di 10 hari yang terakhir di bulan Ramadhan,” pesannya
(M. YAZID N)