PWMU.CO – Generasi milenial mendominasi gerakan iktikaf di Masjid Al Millah, Pondok Jati II, Sidoarjo. Fenomena ini sebagai salah satu ekpresi kesadaran anak-anak muda tentang kebutuhan nutrisi rohani. Sebagai bentuk pertumbuhan kesadaran sufistik atas kecenderungan kehidupan sosial yang mengejar kepuasan duniawi. (Berita terkait: Al Millah: Masjid 24 Jam Nonstop, Tarawih Sesi 2 Mulai Pukul 01.30)
Gerakan iktikaf ini dimulai pada tanggal 20 Ramadhan untuk menjemput Lailatul Qadr. Iktikaf dilakukan pada setiap malam hingga Idul Fitri. Hal ini berbeda dengan tradisi yang kebanyakan dilakukan hanya pada malam ganjil (21, 23, 25, 27, 29). Salah satu aktivitas jamaah iktikaf adalah dengan Shalat Tarawih atau Qiyamul Ramadhan sesi dua mulai pukul 01.30 sampai 03.00.
Seperti terlihat pada pada malam 27 Ramadhan (Senin malam sampai Selasa dini hari), dari jumlah jamaah sekitar 700 orang, lebih kurang 80 persen generasi putra putri milenial. Baik milenal kategori Generasi Y (lahir 1995-2002) maupun Generasi Z (lahir 2003-2014).
Pakaian mereka beragam. Ada yang mengenakan celana jeans baju koko berkopiah putih. Tapi tidak sedikit yang tanpa kopiah. Ada yang pakai baju gamis maupun sarung. Ada yang tanpa kopiah sehingga kelihatan rembutnya gondrong dicat pirang seperti artis K-Pop. Banyak yang berpotongan rambut tapi layaknya artis-artis Indonesia jaman now.
Generasi milenial sudah mulai mengalir ke masjid sebelum pukul 00.00 mendului generasi old. Mereka mendominasi shaf terdepan. Mereka melakukan pelbagai aktivitas ibadah seperti membaca Al Quran, berdzikir. Umumnya saat melakukan tilawah atau mendengar Quran menggunakan aplikasi di android.
Membanjirnya generasi milenial ini sangat mungkin karena takmir masjid berani menampilkan angkatan muda di fungsi-fungsi masjid seperti imam, penceramah, muadzin, kepanitiaan kegiatan masjid. Di antara imam muda itu Hamzah (20 tahun), Firman Azka, Wildan (mahasiswa ITS), Yudha. Bahkan remaja Yusuf bin Hakim yang masih duduk di bangku SMP.
Penceramah muda yang tahu selera generasi milenial antara lain Us Rahmat Hidayat, Ust Eko Asmanto Lc. Juga berani menampilkan muadzin cilik yang memiliki suara indah. Al Millah juga mempercayakan kegiatan seperti bakti sosial kepada remaja masjid.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dr Hamid Muhammad PhD yang dihubungi PWMU.co menilai agus jika fenomena ini jadi gerakan perubahan di kalangan remaja Islam di seluruh Indonesia. Lebih bagus lagi jika ortunya ikut bersama memandu mereka.
Dr Abdul Aziz SR, dosen Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) mengedepankan, secara sosiologis, fenomena itu (antara lain) pengaruh dari munculnya sejumlah ustadz muda yang cerdas, pintar, dan kaya referensi dengan latar pendidikan yang meyakinkan seperti Abdul Shomad dan Adi Hidayat.
Kedua ustadz yang tampak tawadduk dan konsisten ini selain mampu menunjukkan otoritasnya di bidang ilmu agama, juga memiliki magnit sosial yang luar biasa. Bagi anak-anak muda yang terpelajar dan berpikir rasional, sosok-sosok seperti itu dianggap layak (dan keren) untuk dijadikan rujukan.
Selain itu, kata Aziz, gerakan sufistik modern di kalangan anak-anak muda perkotaan cenderung terus bertumbuh (di antara kehidupan sosial yang seluler dan pengejaran materi duniawi yang dominan).
“Ini juga tidak lepas dari sejumlah contoh perilaku anak-anak muda yg mampu menunjukkan kesalehan pribadi dan kepedulian sosial dalam bentuk gerakan sholat subuh di masjid-masjid, gerakan sedekah, peduli pendidikan, peduli orang-orang miskin, dan lain-lain, yang sekarang sedang marak di perkotaan,” katanya.
Sementara itu, Kepala SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Enik Chairul Umah, MSi MPd mengatakan, generasi milenial memiliki kemampuan kognitif superior sebab mereka sangat dekat dan mudah mengakses bebagai informasi via gawainya. Hal ini berdampak pada pengetahuan dan kesadaran pentingnya memperkaya nutrisi rohani untuk menyeimbangkan akal dan qalbu mereka.
“Generasi milenial sangat tahu bagaimana memenuhinya dengan memanfaatkan malam malam 10 terakhir Ramadhan dengan bersemangat mendatangi masjid masjid berdasar informasi yg mereka miliki untuk beribadah dan melepaskan kerinduan mereka pada sang Khaliq,” tegas guru teladan nasional ini.
Selanjutnya dikatakan, mereka melakukan atas kesadaran dan motivasi internal. Kesadaran yang diasah melalui pemanfaatan gawai secara positif. Mereka dengan cakap mampu memutuskan melakukan kebaikan secara cepat di bulan ramadhan yang sayang bila lewat tanpa makna.
Stimulasi di keluarga dan sekolah dalam membiasakan beribadah sebagai kebutuhan dan bagian hidup generasi milenial, menurut Enik, akan sangat membantu mereka untuk membimbing dan otomatisasi memutuskan beribadah dengan suka cita dimanapun dan kapanpun lebih lebih di waktu istimewa.
Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo Aunur Rofiq MSc mengatakan, anak-anak milenial ini diharapkan memiliki 4 C yaitu communicator, creator, critical thinker dan collaborator dakwah Islam amar maruf nahi mungkar. “Saat ini jutaan informasi harus masuk filter atau yang disebut oleh Allah sebagai Al Furqan. Untuk sampai tahan al furqan harus tabayyun. Harus bisa membedakan informasi itu hudan (petunjuk kebenaran) atau hoax (sampah),” katanya. (ANO)