PWMU.CO – Rumah makan bercat merah itu tampak biasa saja dari luar. Seperti tak ada yang beda, dengan banner dinding yang menunjukkan aneka menu favorit mulai ayam geprek, mie njerit aneka level pedas, sate kelapa, sate daging, dan sebagainya.
Namun, setelah masuk ke dalam, ada sudut yang menarik bola mata pengunjung melirik ke arahnya. Dua almari tinggi lengkap dengan aneka buku bacaan yang tertata rapi. Tulisan “eat, drink, and read” (makan, minum, dan baca) tak ketinggalan di sudut baca itu. Tempat lesehan di sampingnya menambah rasa nyaman untuk menikmati menu kuliner sekaligus buku bacaannya.
Itulah Rumah Makan (RM) Mbok Moro yang terletak di Jalan Raya Cerme Kidul nomor 98 Cerme, Gresik. Ditemui di sela halal bi halal Pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Gresik, Sabtu (24/6/2018), Nur Hamidah, pemilik RM Mbok Moro, bersyukur bisa menjadi pioner kuliner buku di Kecamatan Cerme, Gresik.
“Ide awal saya itu kepingin anak-anak sekarang lebih suka membaca buku. Karena anak-anak itu kalau saya tanya apa suka baca? jawabnya suka, Bu. Tapi baca WA,” ujarnya sembari tertawa.
Guru SMP Negeri 1 Cerme ini mengaku sekarang banyak warung kopi (warkop) yang ada wifinya dan pelanggannya banyak anak muda.
“Nah, saya cari tempat nongkrong yang belum banyak di Cerme. Saya menemukan menu ayam geprek dan mie aneka level pedas sangat digandrungi remaja. Ya sudah, saya bikin saja usaha kuliner ini. Biar jadi tempat nongkrong anak muda selain warkop,” ungkap Mida, sapaannya.
Bendahara IGI Gresik ini berharap bisa membentuk komunitas remaja suka baca di Cerme. “Karena itulah saya sediakan sudut baca di sini. Pengunjung bisa menikmati menu sambil membaca buku. Di samping sudut baca ini, saya pasang banner bertuliskan Mbok Semoc yang kepanjangannya adalah Mbok Seneng Moco. Lebih jauh, jika komunitas itu terbentuk, saya bisa ajak pelan-pelan untuk menulis,” tuturnya.
Mida menjelaskan pengalamannya menulis lima buku antologi dan satu buku tunggal membuatnya semakin bersemangat memperjuangkan usahanya.
“Beberapa buku di rak ini adalah karya saya. Ada antologi yang berjudul “Terima Kasih Guru”, “Catatan Cinta untuk Ibu”, dan “Mencita Pendidikan, Membangun Masa Depan”. Ada juga buku tunggal saya yang berjudul “Rapor Merah Guru”, jelasnya sembari menunjuk ke almari buku.
Menurutnya, peran IGI begitu besar terhadap guru-guru yang ingin berkembang. “Menjadi guru yang mau keluar dari zona nyaman itu sulit. Tapi di IGI, saya merasakan aura positifnya. Saya terdorong dengan teman-teman guru yang sudah punya karya baik di kepenulisan, keprofesian, maupun bisnis,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua IGI Gresik Sukari berpendapat tidak banyak guru yang memiliki keberanian membuat usaha dengan misi mengajak dan menyediakan buku-buku bergizi.
“Upaya yang dilakukan Bu Mida yang juga Pengurus IGI dalam membangun budaya baca harapannya juga tidak hanya dilakukan di sekolah, namun di keluarga dan lingkungan, sehingga saat ada waktu luang, segera bergegas untuk mengisinya dengan membaca buku,” ucapnya.
Dia berharap, guru bisa menjadi entrepreneur yang handal dengan kompetensi yang dimiliki dalam menghadapi era industri 4.0.
“Dan guru bisa menjadi contoh bagi peserta didik. Maknanya, guru juga mengalami sendiri dan menjadi praktisi. Sehingga saat memberikan bimbingan akan lebih percaya diri,” pesannya.
Nah, buat pembaca PWMU.CO yang sedang melintas atau berdomisili di Cerme dan sekitarnya, bolehlah mampir sejenak menikmati kuliner buku Mbok Moro. (tari)