PWMU.CO – Politisi harus bisa mengikuti irama audiens dan para calon pemilihnya. Jangan pernah berlagak pintar dan paling alim dalam memaksakan kehendak.
Jika politisi terlalu kaku, berlagak pintar dan paling alim memaksakan kehendak maka itu akan menjadi resisten besar dan tidak akan pernah meraih suara besar dan kemenangan di laga politik, karena masyarakat tidak simpatik.
Hal tersebut disampaikan Suli Daim MM, wakil ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, saat menjadi narasumber di acara halal bihalal dan Ideopolitor (Ideologi, Politik, dan Organisasi) Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur di kantor PWM Jatim Surabaya, Sabtu (30/6/2018).
Suli mengatakan, jika klaim negatif ditujukan kepada seorang politisi maka itu adalah subjektivitas dari orang lain atau pengamat. ”Kami menjadi anggota DPR ingin berbuat baik lebih banyak, dan ingin masuk surga, maka program, produk regulasi yang kami buat, kami selalu orientasikan untuk kebaikan umat dan masyarakat,” paparnya.
Di tengah masyarakat, tiap anggota DPRD dan DPR punya strategi komunikasi dan pendekatan tersendiri guna meraih suara dan simpatik masyarakat. Politisi Partai Amanat Nasional ini juga mengatakan, politik itu adalah seni bermain dalam meraih simpatik masyarakat dengan cara yang baik, elegan dan luwes.
”Saya ketika turun untuk bertemu audiens dan para calon pemilih di Dapil (daerah pemilihan) saya selalu menyesuaikan diri dengan mereka, supaya bisa terjadi komunikasi dan merasakan kedekatan,” jelas Suli yang juga ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PWM Jawa Timur.
Bahkan sebagai politisi, sambung dia, harus mengikuti irama dan berbagai kesukaan mereka. ”Di sela-selanya bisa kita sisipkan nilai dakwah. Biasanya saat istirahat saya ajak shalat berjamaah dan tutur kebaikan, sambil nunggu istirahat,” paparnya. (Izzudin)