PWMU.CO – Dalam menjalankan dakwah persyarikatan, Muhammadiyah mencontoh Nabi Muhammad saw dalam mengislamkan Kota Mekkah dan sekitarnya. Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, DR M. Saad Ibrahim saat memberi materi dalam Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA) III di Hotel Tanjung Surabaya, Jumat (6/7/2018).
“Tahun ke-9 Hijriyah, ada yang menyebut ke-8 Hijriyah, Mekkah jatuh, maka Nabi dan sahabat-sahabat menguasai Mekkah,” jelas Saad tentang momen penting umat Islam periode awal dalam menguasai dunia, yang dikenal dengan Fath Makkah. Makkah pada saat itu merupakan salah satu kota penting dalam kehidupan masyarakat Arab.
Namun, sebelum menguasai Makkah, Nabi Muhammad saw telah meletakkan pondasi umat berkemajuan. Tepatnya, sesaat setelah hijrah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 1 H. “Sesampainya Nabi di Yastrib, Nabi mencerminkan tindakan-tindakan Kepala Negara. Nabi membangun pasar sendiri karena pasar Yastrib itu pasar yang curang dalam timbangan. Yang sangat menonjol, Nabi membuat konstitusi yaitu Piagam Madinah yang dinilai modern dengan membebaskan penduduknya memeluk agama dan al-Quran dilindungi,” tuturnya.
Saad, sapaannya, mengungkapkan setahun setelah Fath Makkah, Nabi melaksanakan Haji Wada’ dan saat itulah puncak kejayaan Islam.
“Tapi seiring dengan terjadinya Perang Salib hingga puncak sekularisme yang menyatakan Tuhan tidak ada, kemodernan yang luar biasa, terjadinya dehumanisasi akibat revolusi industri, serta perkembangan sains dunia Barat, Islam semakin lenyap. Tapi apakah Allah diam? Tidak! Allah berikan ilham pada KH Ahmad Dahlan untuk membentuk al harokah al islamiyah bi-ismi Muhammadiyah,” tegasnya.
Saad melanjutkan, Muhammadiyah berdakwah dengan membentangkan sayapnya di berbagai belahan dunia. Yang baru saja diresmikan adalah Muhammadiyah di India.
“Nasyiah hendaknya juga demikian. Belajarlah bahasa Arab yang bagus, bahasa Inggris yang baik, punya wawasan keislaman yang mantap, ber-Nasyiah yang profesional, lalu saya kirim ke New York. PWM yang akan membiayai berangkatnya, tapi tidak pulangnya,” ujar Saad disambut tawa peserta.
Menurutnya, jika sudah di luar negeri, kader Nasyiah hendaknya menetap dan mendirikan Nasyiah di sana, agar bisa istiqamah menjalankan misi dakwah Islam hingga bisa mengislamkan negara-negara di dunia menuju Islam yang rahmatan lil alamin.
Pelatihan kader DANA III Jatim ini diselenggarakan selama tiga hari dua malam yaitu tanggal 6-8 Juli 2018 dan diikuti 40 peserta, tiga diantaranya berasal dari Jawa Barat dan Gorontalo. (ria eka lestari)