PWMU.CO – Gerakan perempuan muda merupakan ikhtiar Nasyiatul Aisyiyah (NA) untuk memperkuat posisi perempuan muda di Indonesia, terutama dalam menghadapi berbagai problematika yang terjadi di Indonesia. Hal ini disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) NA Ariati Dina Puspitasari SSi MPd dalam kegiatan Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA) III, Sabtu (7/7/18) malam.
Bertempat di Hotel Tanjung Surabaya, Ariati—sapaan akrabnya—mengatakan, isu-isu strategis dalam kacamata Nasyiah itu persoalan-persoalan yang berkepanjangan dalam Nasyiah dan komunitas yang dilayani yang mempunyai dampak nyata pada organisasi dan komunitas tersebut.
“Jadi, jika isu itu tidak terdampak pada organisasi dan komunitas, maka itu bukan isu strategis,” ujarnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Kader Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur tesebut, Ariati menjelaskan pentingnya skala prioritas dalam menentukan isu strategis.
“Pertama, isu yang harus segera ditanggapi. Kedua, isu yang bisa ditangani sebagai bagian rencana srategi atau musyawarah kerja. Dan yang ketiga, isu yang tidak membutuhkan tindakan sekarang,” jelas lulusan Magister Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut.
Kepada peserta DANA III, perempuan kelahiran Semarang, 2 Mei 1986 itu menyarankan untuk mempertimbangkan 7 tolok ukur dalam menentukan isu strategis. “Pertama, aktual yakni apakah isu tersebut sedang menjadi pembahasan. Kedua, urgensi yakni apakah isu tersebut mendesak saat ini,” paparnya.
Terkait apakah isu tersebut sesuai dengan kebutuhan anggota, lanjutnya, aspek relevansi menjadi tolak ukur ketiga dalam menentukan isu strategis.
“Keempat, dampak positif. Apakah isu tersebut jika dibahas akan membantu anggota NA. Ini berhubungan dengan aspek kelima yakni kesesuaian. Apakah isu tersebut sesuai dengan visi misi Nasyiah,” jelasnya.
Selain itu, aspek keenam yang tak kalah penting adalah inklusi yakni dapatkah anggota Nasyiah berpartisipasi dalam isu ini. “Yang pasti harus dibarengi juga aspek ketujuh, yakni sensitifitas. Artinya apakah isu tersebut aman dari efek samping negatif,” ujarnya.
Untuk bisa menganalisis isu strategis Nasyiah Jawa Timur, Ariati mengajak peserta DANA III melakukan analisis SWOT. “Dalam analisis SWOT nanti, kita bersama memetakan apa Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Thread (tantangan) Nasyiah Jawa Timur,” tegasnya.
Dengan begitu, tambah Ariati, Nasyiah bisa memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang. “Analisis ini nanti juga sebagai upaya menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, memakai kekuatan untuk mengatasi tantangan, serta memperkecil kelemahan dan mengatasi tantangan,” pungkasnya.
Pelatihan kader DANA III Jatim ini diselenggarakan selama tiga hari dua malam yaitu tanggal 6-8 Juli 2018. Diikuti 40 peserta, tiga diantaranya berasal dari Jawa Barat dan Gorontalo. (vita)