PWMU.CO – “Bingung milih jajan yang mana, ha-ha-ha,” seru Shifa sembari tertawa ketika ditanya tentang perasaannya saat belajar adab bertamu, Senin (16/7/2018).
Siswa kelas V Ibnu Mas’ud SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik ini mengaku senang bisa mencicipi aneka makanan ringan di tiap kelas yang dikunjunginya.
“Kalau di kelas Ibnu Katsir, paling suka coklatnya. Kalau di kelas Ibnu Taimiyah, paling suka astornya. Kalau di kelas saya sendiri, semua sukaaa,” jawabnya malu-malu.
Pemilik nama lengkap Amira Sharliz Reta Nailah itu menyampaikan ketakutannya saat berkunjung ke kelas lain. “Ustadzah mengajarkan, kalau mau bertamu itu ketuk pintu tiga kali dan ucapkan salam. Biasanya kalau di rumah, langsung panggil nama sambil teriak-teriak di depan pagar. Jadinya agak takut mengetuk pintu. Ndak biasa soalnya. He he,” ucapnya.
Menurutnya, pembelajaran adab bertamu sangat penting untuk anak seusianya. “Ya penting sih. Kan kita jadi tahu kalau mau pulang itu bagaimana. Ustadzah tadi mencontohkan cara berpamitan itu harus bilang terima kasih. Oh iya, satu lagi kata Ustadzah, makannya ndak boleh mengotori lantai alias kececeran,” ujarnya.
Hal itu dikuatkan Koordinator Kesiswaan SDMM Sri Isna Wardhani yang berpendapat pembelajaran adab bertamu adalah salah satu media pembentukan karakter yang tak bisa dikesampingkan.
“Untuk generasi zaman now yang akrab dengan gadget, bertamu bisa jadi hal yang asing bagi mereka. Sapaan-sapaan yang digunakan saat berkunjung ke rumah teman, bisa jadi akan disamakan dengan sapaan-sapaan media sosial. Oleh karena itu pembelajaran adab bertamu menjadi penting di sini,” tutur Isna, sapaannya.
Dia melanjutkan, dalam adab bertamu, anak-anak dikenalkan bagaimana memulai memanggil tuan rumah, kapan saatnya masuk dan duduk, bagaimana cara menikmati hidangan, bersenda gurau, hingga berpamitan.
“Peduli antarsesama, rasa sosial yang sudah mulai terkikis di era sekarang, berdampak pada kesantunan sosial mereka. Ruang bersosialisasi yang sangat minim menjadikan mereka takut mengunjungi rumah tetangga atau teman,” jelasnya.
Isna berharap, dari pembelajaran adab bertamu ini, anak-anak tidak hanya paham etika berkunjung, tetapi juga perannya sebagai tuan rumah.
“Ada yang hanya membukakan pintu lalu ditinggal masuk lagi ke belakang memanggil orang tuanya. Nah, di sinilah pentingnya pembelajaran ini agar mereka tahu bagaimana menanyakan keperluan tamu itu, mempersilahkan masuk, hingga menyediakan hidangan,” pesannya. (Ria Eka Lestari)