PWMU.CO – Pilihan beda, tetap teman. Kalimat pendek inilah yang keluar pertama kali dari mulut siswi kelas V SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik Anindya Aqila ketika ditanya pesan apa yang didapat dari Pemilihan Ketua Kelas (Pilkalas) Serentak, Kamis (19/7/2018).
“Jadi meski berbeda pilihan, kita tetap teman, begitu kata pematerinya tadi. Kita harus membiasakan diri menghargai pilihan yang berbeda. Semuanya sama, tetap cantik dan ganteng, he he,” ucapnya.
Meski pasangan calon yang diusungnya kalah, Nindy—sapaannya—tetap tersenyum dan menerima ketua kelas terpilih. “Ya, yang penting ada pemimpinnya. Daripada berantem ndak punya pemimpin nanti kelasnya malah berantakan. Kata pembicaranya tadi, biar banyak teman,” katanya, mengutip narasumber.
Kalimat pendek Nindy ini adalah satu dari lima pesan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gresik M. Choiruz Zimam MSi yang didapuk menjadi narasumber dalam Pilkalas serentak SDMM.
“Yang kedua, menjadi pemimpin itu harus dilatih sejak dini. Kalian saat ini sedang menjadi pemimpin-pemimpin muda. Dan pemimpin itu harus terbiasa menerima perbedaan pendapat,” tuturnya.
Pria yang kerap disapa Zimam itu menegaskan Allah itu menciptakan makhluk-Nya dengan sebaik-baik rupa.
“Jadi tidak ada yang saling mengejek pasangan calon yang kalah. Yang menang, jalankan amanah. Amanah itu titipan. Dan semua warga kelas harus membantu satu sama lain agar amanah itu tertunaikan dengan baik. Contoh,
kalau ada temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar, semua teman satu kelas harus mau membantu mengajarinya,” jelasnya.
Menurutnya, berani berpendapat adalah hal ketiga yang dapat diambil dari pilkalas serentak.
“Ada yang menjadi pasangan calon, dan ada yang menjadi tim sukses. Inilah yang namanya demokrasi. Semua anak punya kebebasan berbicara atau freedom of speak. Tentu dengan cara-cara yang santun dan tidak menyalahkan yang lain. Beri kepercayaan pada teman bahwa dia bisa berbicara dengan baik,” ujar Zimam.
Dia menyebutkan, pesan keempat adalah belajar melihat sisi positif pasangan calon lainnya.
“Kalau mendukung salah satu paslon, jangan pernah merendahkan dua paslon lainnya. Berteman itu mendatangkan rezeki. Orang banyak teman itu pasti banyak rezeki. Ingat, musuh satu itu lebih banyak daripada teman seribu,” tegasnya.
Di depan siswa kelas IV, V, dan VI, Zimam mengutip peribahas bahasa Jawa “urip iku kudu nyegarani” yang artinya hidup itu harus seperti lautan.
“Lautan itu menerima apa saja. Kapal, limbah, dan lain sebagainya. Tapi lautan itu tetap lapang dada. Nah, lapang dada itu diantaranya menerima perbedaan,” ungkapnya.
Terakhir, Zimam mengingatkan agar yang menang tetap rendah hati, tidak takabur, tidak sombong.
“Rendah hati itu seperti padi, semakin berisi semakin menunduk. Orang itu semakin pinter harus semakin rendah hati. Imam Syafii berkata, sudah banyak ilmu yg aku dalami, tapi lebih banyak ilmu yang belum aku dalami. Sudah banyak pengetahuan yang aku miliki, tapi lebih banyak pengetahuan yang belum aku miliki,” katanya.
Dia menambahkan, pendukung yang menang jangan sombong, tidak dengan berpesta, tapi bersyukur karena pasti ada bantuan dari Allah.
“Sujud syukur itu lambang rendah hati. Keberhasilan itu tidak pernah dicapai seseorang 100 persen. Sebagai orang beragama, pasti ada bantuan Allah. Sebagai murid, pasti ada peran guru dan teman. Sebagai anak, pasti ada peran orang tua,” pesan Zimam. (Ria Eka Lestari)