PWMU.CO-Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur mengadakan Summit Meeting for Muhammadiyah Future School di Aula Mas Mansur, Ahad (22/7/2018).
Acara ini diikuti seluruh kepala sekolah unggulan se-Jatim. Menghadirkan Atase Pendidikan dan Kbudayaan KBRI Australia Mohammad Imran Hanafi, Ketua PWM Dr Saad Ibrahim, Rektor Umsida Dr Hidayatullah, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Arbaiyah Yusuf MA, dan Ketua Forum Guru Muhammadiyah Pahri MPd.
Dalam laporannya Arbaiyah menegaskan, kegiatan ini sebagai formulasi menyetarakan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Jatim. ”Kami berharap pasca kegiatan ini ada pemerataan kualitas sekolah Muhammadiyah. Majelis Dikdasmen juga menyusun naskah akademik untuk dipublikasikan,” katanya.
Dia beharap, naskah tersebut bisa menjadi pegangan kepala sekolah untuk mengadakan perubahan di sekolah masing-masing. ”Naskah akademik bertajuk The Autonomus and Progressive Schools. Dikdasmen sudah mengonsep dengan matang,” ujarnya.
Dosen UIN Sunan Ampel ini menilai, sekolah unggul harus mempunyai visi care and share. ”Dengan demikian, kelak kita sudah tidak mendengar lagi berita sekolah Muhammadiyah tutup,” katanya.
Kegiatan ini disambut baik oleh Ketua PWM Jatim Dr Saad Ibrahim. Dalam sesi pengarahan berpesan agar pendidikan yang diusung Muhammadiyah mempunyai mindset global. Agar para siswa berpandangan luas tapi tidak melupakan dimensi teologis. ”Perlu dimensi teologis dalam pendidikan. Ilmu pengetahuan bermuara pada aspek teologis, dalam arti mempertebal keimanan seseorang,” ujarnya.
”Kita bisa mengambil hikmah dari dua tokoh Hawking dan Ibnu Sina. Dua ilmuwan yang berbeda mempunyai hasil yang berbeda tentang eksistensi Tuhan. Hawking akhirnya menegasikan eksistensi Tuhan. Sedangkan Ibnu Sina menemukan keagungan Tuhan,” kataya memberikan contoh.
Maka, lanjut Saad, pendidikan tidak sekadar proses Islamisasi, namun sebagai rahmatan lil alamin. Pendidikan mampu hadir di setiap lapisan masyarakat sehingga masyarakat menerima dampak tersebut.
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim ini mengutip surat Fatir 27-28. Dalam proses pendidikan, tegas dia, menjadikan anak didik sebagai ulama. “Kata al ulama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang apa saja. Dalam konteks keislaman biasanya ungkapan ini untuk menunjukkan kepada orang yang sangat dalam pengetahuan agamanya,” katanya. (Hanafi)