Ihwal pembuatan prangko amal Muhammadiyah, berawal dari kebijakan pemerintah Hindia Belanda pada 1939 pernah mengeluarkan prangko amal. Dengan kelebihan harga 1 sen, 2,5 sen dan 5 sen, semuanya diserahkan kepada satu badan, “Social Bureau voor N.I”. Dari badan ini, kelebihan dana tadi diserahkan kepada lembaga-lembaga lain yang umumnya milik misi Kristen.
Sudah tentu kebijakan ini membuat Pimpinan Pusat (saat itu Pengurus Besar) Muhammadiyah yang diketuai KH Mas Mansur, keberatan. Untuk itulah, Muhammadiyah meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda agar diperkenankan menerbitkan prangko amal. Langkah taktis pun dilakukan dengan membentuk kepanitiaan yang juga langsung diketuai Mas Mansur, dengan pelindung Paku Buwono XI (Solo), Sultan Hamengku Buwono IX (Yogyakarta) dan Prof Husein Jayadiningrat (Yogyakarta).
Komite prangko amal kemudian mengutus sebuah delegasi yang dipimpin Mulyadi Joyomartono untuk audiensi ke Gubernur Jendral di Bogor. Tujuan utamanya menyampaikan niat serta persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh Muhammadiyah dalam rangka sosialisasi prangko amal.
(Baca: Profesor Barat pun Optimistis pada Muhammadiyah sebagai Masa Depan Cemerlang Islam yang Humanis)
Penggalangan dana dengan gerakan “Franco ’Amal Moehammadijah” untuk PKO Muhammadiyah memang bertujuan untuk menambah pemasukan agar pelayanan PKO berjalan lancar. Maklum saja, pada awal pendirian, pendapatan dan pengeluaran Rumah Sakit PKO Muhammadiyah memang tidak seimbang.
Sebagai contoh mudahnya, ketika PKO pertama kali berdiri pada 1923, pemasukan dari uang karcis yang didapat dari pengunjung maksimal f 75 perbulan. Sementara pengeluaran mencapai ƒ 200, atau rata-rata defisit ƒ 125 setiap bulannya. Tinggal menghitung berapa defisit PKO Muhammadiyah dalam setahun, dua tahun, dan seterusnya untuk menyelenggarakan pengobatan kepada kaum miskin itu.
Jadi, dana yang dihimpun Muhammadiyah lewat prangko PKO Moehammadijah juga kembali lagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Tentu saja lewat pelayanan kesehatan yang dikelola oleh Muhammadiyah bagi para fakir-miskin yang sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah. (unang mulkhan & iqbal paradis)