PWMU.CO – Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur Suli Daim MM menegaskan Muktamar XVII IMM yang akan dibuka Rabu (1/8/18) di UMM memiliki nuansa yang berbeda karena memasuki tahun politik.
Oleh karena itu, Cak Suli—sapaanya—berharap kader IMM menyadari dan merespon dinamika dari kontestasi politik yang ada, baik di skala lokal maupun nasional.
“Nah, Muktamar IMM kali ini perlu membuat rumusan terkait politik. Yakni, tidak semata pada ranah politik praktis dan pragmatis, melainkan bagaimana kader IMM akan hadir di tengah-tengah masyarakat dan menawarkan kreativitas serta inovasi dalam penanganan masalah-masalah sosial di abad internet,” ungkapnya kepada PWMU.CO, Selasa (31/7/18).
Ia menambahkan, ragam aksi yang dilakukan IMM harus berdasarkan studi mendalam terlebih dahulu. Yakni berpijak pada pendekatan multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner. “Ketiga pendekatan ini telah terbukti mampu menjawab persoalan dari berbagai disiplin yang terintegrasi,” paparnya.
Karena itu, lanjut dia, sudah saatnya IMM meninggalkan perilaku seperti bilangan prima, yang habis dibagi dirinya sendiri. Menurutnya, jangan sampai energi kader IMM habis hanya mengurusi persoalan internal.
“Masih banyak persoalan kebangsaan yang ada di depan kita. Di situ perlu juga IMM hadir,” tutur Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim ini.
Cak Suli kemudian menyitir pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengingatkan bagi siapa yang mengusai artificial intelligence, maka akan menguasai dunia.
“Artificial intelligence sendiri merupakan wujud terbaru dari revolusi industri keempat yang melampaui kecanggihan internet,” terangnya.
Hal ini, kata dia, berarti banyak tantangan yang jauh lebih kompleks akan dihadapi oleh umat Islam Indonesia, khususnya kader IMM. Oleh karena itu untuk menghadapinya perlu kolaborasi berbagai elemen, serta berpikir futuristik.
“Memahami setiap tantangan itu boleh memakai paradigma berpikir yang sempit. Sebab hanya akan menggerus setiap organisasi. Tak terkecuali organisasi kemahasiswaan seperti IMM. Maka sudah sepatutnya IMM menjadi wadah yang ideal buat mahasiswa karena basis utamanya ada di universitas,” tegasnya.
Pria asal Lamongan ini berharap, muktamar kali ini bisa menegaskan kembali kerangka pikir kader tentang ilmu adalah amaliah, dan amal adalah ilmiah. “Itu sebagai salah satu jati diri organisasi. Juga sebagai wujud trikompetensi dasar IMM religiusitas, intelektualitas, dan humanitas,” tutur dia.
Cak Suli tak lupa menyampaikan selamat atas terselenggaranya Muktamar XVIII IMM di Malang, Jawa Timur.
“Selamat datang buat kader IMM se Indonesia. Semoga IMM senantiasa menjadi lokomotif perubahan gerakan kemahasiswaan,” katanya. (Aan)