PWMU.CO – Budaya membaca buku harus terus digalakkan, karena dengan banyaknya membaca buku maka tidak akan kesulitan untuk menulis dan juga sebagai bahan untuk memperkaya budaya literasi.
Adalah tidak sama antara orang yang ‘pintar ngomong’ dengan ‘senang ngomong’. Kalau pintar ngomong isi omongan yang disampaikan berbobot. Tapi kalau senang ngomong isinya banyak tapi asal omongan.
Hal tersebut disampaikan oleh Mohammad Ilham salah satu redaktur koran Jawa Pos dan Abdussalam As’ad Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur, saat menjadi narasumber dalam bedah buku yang berjudul Demokrasi Politik Elektoral & Civil Society, Sabtu (4/8/2018) siang di panggung bazar Muktamar IMM XVIII di UMM.
Makanya sebagai kader muda Muhammadiyah yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) harus menjadi kader yang Gandrung dengan membaca, setelah membaca harus dituangkan dalam bentuk penulisan sesuai pemahaman dan daya tangkap memahami bacaan tersebut.
Dalam bedah buku yang merupakan kumpulan tulisan IMM FISIP UMM tersebut telah menjadi bagian dari bukti sejarah peran mahasiswa dalam pergolakan pemikiran dan gerakan politik nilai yang dituangkan dalam tulisan diberbagai media, baik media cetak atau media lainnya. Mengingat waktu itu masih belum terlalu mengenal digital.
“Pembaca yang baik belum tentu manjadi penulis yang baik, tapi penulis yang baik sudah tentu pembaca yang baik, karena vitamin atau asupan gizi penulis ya karena seringnya membaca literasi buku,” ujar Ilham, yang juga mantan aktifis IMM UMM tersebut.
Ilham menyampaikan betapa pentingnya budaya membaca dan menulis, “Karena dengan membaca bisa banyak tahu dan banyak referensi. Dan banyak menulis akan membiasakan diri untuk menuangkan ide-ide atau gagasan pemikiran dalam bentuk karya tulisan,” paparnya.
Kemudian menurut Salam budaya menulis harus dilakukan dengan segala cara, kondisi dan bagaimanapun situasinya. “Jangan banyak alasan tidak sering membaca dan menulis, karena itu akan menumpulkan pola berfikir dan kebiasaan berbicara serta mengeluarkan ide dan pendapat pikiran yang berbobot dan berkualitas,” katanya memotivasi.
Menurutnya, jika ada generasi muda mahasiswa yang tidak suka membaca dan menulis maka itu adalah hal yang aneh, “Masak mahasiswa gak biasa membaca dan menulis?” sindirnya di hadapan peserta bedah buku.
“Jika ada generasi sekarang yang sering meng-update atau posting status di media sosial, maka itu sudah bagus, minimal dia sudah melakukan budaya menulis, meski hanya tulisan status,” selorohnya yang disambut tawa mahasiswa yang ikut bedah buku. (izzudin)