PWMU.CO-Sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi ciri khas sekolah Muhammadiyah, Kemuhammadiyahan disajikan dengan metode sangat menyenangkan sehingga dapat menarik dan memberikan kesan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi terbuka untuk siapa saja. Apalagi sebagian besar siswa bukan dari kalangan Muhammadiyah.
Hal ini juga yang terjadi di kelas 7A SMP Muhammadiyah 4 Tanggul (SMP Muhata), Selasa (28/8/2018)). Sebelum pelajaran dimulai, guru Kemuhamamdiyahan, Humaiyah, S.Pd, meminta siswa membuka al-Qur’an dan mencari surat Ali Imron ayat 104. ”Ayo, Nak. Ambil al-Quran-mu dan carilah surat Ali Imron ayat 104. Bu guru memberi waktu lima menit, tolong dibaca berulang–ulang dan hafalkan beserta dengan artinya, ya,” perintah Humaiyah.
Tak ayal, sibuklah semua siswa membuka al-Quran-nya masing–masing. Ada yang langsung menemukan letak suratnya, ada yang melihat daftar isinya dulu, tapi ada juga yang kelihatan membolak–balik al- Quran saja sepertinya kesulitan. Hingga guru pun menggodanya.”Kenapa, Mbak Wardah? Ga ketemu ya. Jangan–jangan di al-Quranmu tidak ada surat Ali Imron,” kata Humaiyah.
Kontan saja Salsabillah yang duduk di sampingnya menunjukkan ekspresi bingung dan heran seraya berujar, ”Memang ada, Bu Hum, al-Quran yang tidak ada surat Ali Imronnya?” tanya Salsabillah dengan polosnya dan guru hanya menggeleng sambil tersenyum.
Lima menit berlalu. “Ayo anak-anak, bu guru bagi menjadi dua kelompok. Kelompok laki–laki, bu guru beri nama Kyai Dahlan, dan kelompok perempuan Nyai Walidah. Silahkan perwakilan kelompok yang berani maju terlebih dahulu. Bela nama baik kelompokmu. Hari ini Kyai Dahlan atau Nyai Walidahkah yang menjadi juaranya,” tutur HUmaiyah memberi semangat.
Syamdad Amzad Arrasi maju pertama kali membacakan dengan lancar surat Ali Imron ayat (104) lengkap dengan artinya. 1-0 untuk Kyai Dahlan. Dzakiyatus Salam dari kelompok Nyai Walidah tidak mau ketinggalan. Setelah dia membaca dengan lancar, kedudukan menjadi 1-1. Kemudian disusul Desi Rahmawati dan Maulidhea Rifky Nazriyah. Skor 3-1 untuk Nyai Walidah. Keadaan menjadi riuh. Tepuk tangan kelompok Walidah memenuhi ruangan. Hingga kehadiran tim aksesor (akreditasi ) Jawa Timur tak memengaruhi jalannya kuis. Tapi tak lama dari itu, Guntur dan Muhamamdi Rifki Mukti Wibowo menyamakan kedudukan menjadi 3-3.
“Anak–anak, surat inilah yang menjadikan KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Ini janji Allah. Siapa saja kita, yang menyeru berbuat makruf dan mencegah kemungkaran, Allah akan memberikan keberuntungan buat kita,” ucap dia. (Humaiyah)