PWMU.CO – Sebuah formasi ribuan mahasiswa yang membentuk konfigurasi berbagai gambar dan teks keren kembali ditunjukkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Karya kolosal dalam rangka menyambut pembukaan Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) yang diikuti 7.500 mahasiswa baru di helipad UMM, itu pun langsung viral di media sosial, sejak Senin (2/9/2018).
Siapa sosok yang ada dibalik sukses karya spektakuler itu? Dialah Jamroji, dosen Ilmu Komunikasi UMM yang juga melahirkan ide mengecat kampung Jodipan menjadi Kampung Warna Warni yang mendunia itu.
Ditanyai soal flashmob UMM, Jamroji mengaku untuk kali ini jauh lebih mudah daripada tahun-tahun sebelumnya. Meski formasinya lebih rumit, pengalaman mengatur ribuan mahasiswa dengan instruksi gerakan tertentu lebih mudah.
“Ini tahun keempat kita membuat flashmob, jadi sudah tau mana saja kesulitannya,” ungkap Jamroji.
Dari tahun ke tahun, konfigurasi yang ditampilkan selalu ada yang baru. Pada tahun-tahun awal dulu hanya berbentuk bendera merah putih, sebuah perwujudan dari slogan UMM sebagai Jas Merah Kampus Putih.
Secara kronologis, tren flshmob di UMM memang telah berjalan agak lama. Tepatnya pada tahun 2012, diprakarsai oleh Humas UMM yang saat itu dikepalai oleh Nasrullah MSi. “Tahun 2012 kami membuat formasi Jas Merah Kampus Putih untuk video Pesmaba. Waktu itu kita menyewa helicam rakitan mahasiswa UGM,” terang Nasrullah, mantan kepala Humas UMM yang merintis film Jas Merah Kampus Putih UMM.
“Kami hanya mengandalkan apa yang dipakai mahasiswa, tanpa alat bantu kertas atau topi warna warni. Cukup atribut dari jas, baju, topi merah, dan jilbab yang dikenakan mahasiswa,” urai Nasrullah, dosen Komunikasi UMM yang kini menjadi staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Tahun-tahun berikutnya, semangat membuat flashmob dengan format baru semakin menguat. Sosok Jamroji diandalkan untuk mendirect sejak Nasrullah mulai tidak aktif di Humas. “Jamroji waktu itu bertanggung jawab untuk produksi film dokumenter Pesmaba karena posisinya sebagai kepala Laboratorium Komunikasi,” jelas Nasrullah.
“Saya harus mengatakan bahwa pak Jamroji adalah orang hebat dibalik sukses flashmob yang keren itu. Kreativitas dan kerja kerasnya luar biasa. Lalu mas Rino yang menyutradarai pemfilman aksi itu juga sangat mantap,” puji Nasrullah.
Untuk Pesmaba 2018 ini, Jamroji membuat sketsa sesuai pesanan pimpinan universitas. “Pak rektor minta ada sketsa Kyai Dahlan, sedangkan Pray for Lombok itu ide saya agar lebih menyentuh dan ungkapan empati kita kepada saudara-saudara kita di Lombok,” ujar Jamroji merasa tertantang. Ide sketsa Kyai Dahlan dianggap sangat otentik dan emosional. Pasti menarik.
Dan benar saja, konfigurasi Kyai Dahlan, Student today Leader Tomorrow, Pray for Lombok, logo UMM dan peta Indonesia sukses digelar. Rino Anugerawan yang bertugas memvideokan gerakan. Itu juga sangat suksea mendramatisir suasana Pesmaba menjadi meriah.
Secara teknis, Jamroji hanya punya waktu 2 hari untuk membuat sket, 2 hari griding di komputer dan 2 hari griding di helipad.
“Saya hanya belajar flashmob otodidak. Mahasiswa sendiri yang menemukan cara yang efektif, efisien dan presisi membuat formasi itu,” terang Jamroji yang mengaku mengerahkan tak kurang 20 relawan untuk ikut terlibat mengatur gerakan.
Ada banyak kesulitan kata Jamroji. Kesulitan pertama mencocokan sketsa formasi dengan grid di program excel. Kedua, proses griding di helipad dan ketiga saat penataan barisan ribuan mahasiswa.
Yang membuat Jamroji bangga adalah flashmob UMM berbeda dengan flashmob kampus lain. “Kita tidak hanya 3D tetapi juga 4D, karena disertai suara yel-yel hehe,” ungkapnya bangga.
Kali ini Jamroji cukup puas karena hasil karyanya diapresiasi banyak orang. Meski demikian, tidak banyak yang tahu bahwa dialah sosok dibalik sukses aksi itu. “Gak apa-apa, yang penting UMM yang dapat nama keren, bukan saya. Toh ini hasil kerja keras kita semua,” tutur Wakil Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) PW Muhammadiyah Jawa Timur ini merendah.
Setelah ini Jamroji belum berhenti berinovasi. Bersama mahasiswa bimbingannya, ia sedang merancang menyulap kampung-kampung di Gresik menjadi kampung kreatif.
“Ini beda dengan Kampung Warna Warni Jodipan, malah lebih keren,” katanya.
Tentang ulah oknum yang mengedit foto dengan hastag tetrtentu bernuansa politik, Jamroji sangat menyesalkan. “Itu pembajakan kreativitas dan langkah murahan yang tidak akan mengundang simpati,” pungkas Jamroji. (redaksi)