
PWMU.CO – Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur terus mematangkan konsep pengelolaan kaderisasinya. Seperti diketahui, pada periode ini terdapat perombakan struktur yang tupoksinya disesuaikan dengan segmen perkaderan, yaitu komunitas, pimpinan Persyarikatan, pimpinan AUM, siswa dan mahasiswa, serta keluarga.
(Baca: Ujian Sekolah: Prestasi Penting, tapi Jujur Lebih Mulia)
”Masing-masing segmen, memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga diperlukan jenis materi dengan muatan yang berbeda pula,” papar Nadjib Hamid, Wakil Ketua PWM yang membidangi perkaderan, ketika menutup Workshop Perkaderan Siswa, di SMAMDA Surabaya, Ahad (15/5).
Sementara menurut Latipun, Ketua MPK PWM Jatim, perkaderan untuk siswa diarahkan untuk membangun rasa bangga atas dirinya dan dunianya. ”Perkaderan kepada anak–anak muda lebih ditekankan kepada perasaan bangga sebagai bagian dari Muhammadiyah, atau mereka merasa: Keren ber-Muhammadiyah,” kata Latipun.
(Baca: Inilah SMK Muhammadiyah yang Siswanya Diburu Dunia Kerja Sebelum Lulus)
Lebih lanjut Latipun menjelaskan anak muda dalam proses mencari identitasnya akan berbuat sesuatu (bertindak, mencontoh) jika dapat meningkatkan harga dirinya. ”Mereka mencontoh penampilan idolanya. Karena mereka merasa lebih keren, tidak ketinggalan mode. Itulah yang terjadi di masa muda,” kata pria yang juga psikolog tersebut.
Latipun menambahkan banyak macam yang membuat mereka (siswa) merasa memiliki harga diri. Sebagian karena mengembangkan bakat-bakatnya, memiliki prestasi dan karena memiliki jaringan yang luas. Namun tidak banyak di antara mereka, merasa berharga karena tekun ibadah.
”Pengembangan identitas dan harga diri itu dapat dibentuk dan ditolong oleh guru dan orang tua. Teman sebaya juga memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap remaja/siswa,” tandasnya.
Hal senada juga diungkap Tri Ariprabowo, Wakil Ketua MPK. Menurut pria yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) ini “Keren Ber-Muhammadiyah” harus menjadi tema di setiap perkaderan untuk siswa. Sehingga Muhammadiyah bukan hanya sebagai tempat mereka mencari ilmu. Tetapi menjadi pusat identifikasi bagi anak-anak muda. Khususnya siswa sekolah Muhammadiyah. Sangat bagus lagi, lanjut Tri, jika siswa-siswa di luar sekolah Muhammadiyah juga melakukan identifikasi dan menjadikan Muhammadiyah sebagai “sumber kelekatan” untuk dirinya.
”Tentu saja, untuk mewujudkan itu perlu kerja sungguh-sungguh. Dan tugas kami pengurus MPK adalah untuk mewujudkan perkaderan model itu. Bagaimana menghasilkan anak-anak muda bangga pada Muhammadiyah. Dengan rumusan yang tepat perkaderan untuk siswa itu, dapat direalisasikan secara baik,” tandasnya. (moufti assidiqi/aan)
Discussion about this post