PWMU.CO – Sembari berjalan kaki, relawan medis Muhammadiyah Disaster Center (MDMC) Indonesia berkeliling memberikan pelayanan kesehatan buat warga korban gempa dan tsunami dari pos ke pos pengungsian yang ada di sekitar Universitas Muhammadiyah Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng)—lokasi Pos Koordinasi (Poskor) MDMC Indonesia, Kamis (4/10/18).
Para relawan medis MDMC Indonesia terpaksa harus berjalan kaki lantaran mobil yang sedianya dipakai untuk berkeliling memberikan layanan kesehatan mobile kehabisan bahan bakar.
Maklum, stok bahan bakar, utamanya premium, sedang langka pascagempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter yang disertai tsunami menerjang Donggala-Palu Sulteng, Jumat (28/9/18) lalu.
“Alhamdulillah, sampai sore hari ini relawan medis MDMC Indonesia bisa memberikan layanan kesehatan mobile, dan bisa menangani 45 pasien,” terang dr Willy, salah satu relawan medis MDMC Indonesia.
Dia menyebutkan, meski sudah hampir sepekan lamanya musibah yang memilukan hati itu terjadi, tapi masih banyak warga yang selamat dan mengalami luka ringan maupun luka berat, belum juga mendapatkan layanan medis. Bahkan, belum ada warga yang memeriksakan kondisi kesehatannya.
“Nah, relawan medis MDMC Indonesia mendirikan klinik darurat dan menghadirkan layanan kesehatan mobile ini tidak lain untuk mengantisipasi permasalah kesehatan warga itu,” paparnya.
Sementara itu dr Zuhdiyah Nihayati, relawan medis dari RS Muhammadiyah Lamongan mengungkapkan, sampai saat ini relawan medis MDMC Indonesia telah melayani sekitar 302 pasien dengan berbagai macam keluhan medis. Mulai dari demam, batuk, pilek, nyeri, gatal gatal, hingga diare.
Lebih lanjut, dokter yang biasa disapa dr Zee ini mengungkapkan, salah satu penyebab munculnya gejala penyakit yang dialami oleh sebagian besar pengungsi itu adalah cuaca panas pada siang hari.
“Juga udara dingin pada malam harinya. Sedangkan, para pengungsi tidur di bawah tenda-tenda darurat,” ungkapnya.
Penyebab lainnya, sebut dr Zee, adalah tidak adanya sanitasi, air bersih minim, serta makanan yang kurang bergizi sehingga menyebabkan daya tahan tubuh pengungsi menurun dan mudah terserang penyakit.
“Target kami bisa memberikan pelayanan kesehatan buat sebanyak mungkin warga yang dapat kami jangkau,” tandas dr Zee. (Aan)