PWMU.CO – Filosofi pengusaha perempuan ini di luar mainstream. Jika selama ini banyak yang bilang harta itu tidak dibawa mati, tapi dia justru berprinsip sebaliknya: harta itu dibawa mati.
“Kalau ada orang yang mengatakan ojo golek dunyo wae wong dunyo gak digowo mati (jangan cari harta saja karena itu tidak dibawa mati), itu salah besar,” ungkap Lila Umami—seorang pengusaha itu—saat menerima tamu dari Majelis Dikdasmen Klojen Kota Malang di kediamannya Desa Kedung Dalem Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Selasa (2/10/18).
Menurut Lila, harta itu akan dibawa sampai mati bila digunakan di jalan yang benar. “Salah besar bila ada orang yang bilang dunyo gak digowo mati (harta gak dibawa mati). Sekali lagi salah besar,” tegasnya.
Dengan menganut filosofi seperti itu, Lila berjuang bagaimana agar dia bisa sukses menjadi orang kaya yang bermanfaat bagi orang lain, melalui kerja keras dan modal kepercayaan.
Kepada tamunya, perempuan kelahiran Malang 56 tahun itu menceritakan bagaiman lika-liku perjuangan mendirikan perusahaan katering: dari awalnya melayani 10 rantang hingga 10 ribu orang.
Lila memulai usaha pada tahun 1987 saat dia pindah ke Probolinggo tepatnya di Desa Sokokerto. Awalnya dia hanya memasakkan beberapa orang dengan harga Rp 3.000 per porsi. “Setelah itu terus berkembang. Yang minta dimasakkan bertambah 10 orang, 30 orang, sampai 250 orang,” kisahnya.
Alumnus SMP Muhammadiyah 1 Kota Malang itu dengan telaten membelanjakan peralatan masak setiap ada sedikit keuntungan. “Akhirnya saya bisa mendirikan warung sampai tiga tempat,” ucapnya.
Suatu saat, Lila bernadzar: bila punya uang Rp 100 juta ia ingin pergi haji bersama keluarga. Nadzar Lila pun terkabul. “Pada tahun 2008 saya bersama keluarganya bisa menunaikan ibadah haji,” ungkap aktivis Aisyiyah yang punya prinsip, “Semakin banyak yang dikeluarkan semakin banyak pula yang didapat.”
Prinsip itu dia terapkan saat mengeluarkan zakat. “Saya itu tiap tahun harus meningkatkan nilai zakat yang saya keluarkan. Pertama, saya bisa 2,5 persen. Tahun berikutnya 5 persen. Tahun berikutnya 10 persen hingga sampai 20 persen,” terang dia.
Alhamdulillah, dia menambahkan, semakin banyak zakat yang saya keluarkan semakin banyak yang saya dapatkan.
Lila meyakini, perusahan “Lila Catering” yang kini mempunyai 200 karyawan dan tiap hari melayani 10 ribu porsi itu adalah bagian dari anugerah Allah atas kesungguhannya membelanjakan harta di jalan Allah.
Bukan hanya soal zakat yang dia optimalkan, Lila juga sangat perhatian pada karyawannya. “Alhamdulillah saya bisa memberangkatkan haji karyawan saya tiap tahun,” ujarnya. Sampai saat ini sudah ada 50 karyawan yang diberangkatkan haji.
Yang juga patut diacungi jempol, Lila memberi kesempatan seluas-luasnya kepada karyawannya untuk bisa bikin usaha sendiri.
“Saya tidak pernah menahan karyawan. Malah saya kasih kebebasan untuk belajar dan siapa saja yang bisa membuat catering sendiri saya bantu dan saya support,” ungkap dia.
Menurutnya, sudah ada lima catering besar di beberapa daerah yang didirikan mantan karyawan Lila. Termasuk tiga warung yang dia rintis di awal dan akhirnya dihibahkan pada tiga karyawannya. “Jadi saya itu enak kalau ke mana-mana sudah ada yang diampiri,” ucapnya.
Peraih Juara Pertama Kreasi Makanan Khas Daerah – Lomba Masak Makanan dan Minuman Khas Daerah 2011 ini berpesan agar tidak memulai usaha dengan modal hutang. “Karena itu akan menjadi beban. Lebih baik kerja keras dan jaga kepercayaan orang,” pesan Lila dengan serius. (Uzlifah)