PWMU.CO-SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Gresik mengadakan latihan simulasi menghadapi gempa dan tsunami bagi murid-murid, Jumat (5/10/2018).
Acara tersebut dipandu oleh Any Susanto anggota Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda) Muhammadiyah Wringinanom.
Dimulai pukul 08.00 di halaman sekolah, Any, sapaan akrabnya, memulai acara dengan mengisahkan pengalamannya ketika menjadi relawan bencana tsunami di Aceh selama dua pekan pada 28 Desember 2004 sampai 09 Januari 2005.
Sambil diiringi musik bernada sendu dari speaker sekolah, membuat 336 siswa terdiam dan hanyut dalam suasana haru.
“Saya juga melihat ada suami yang mengangkat jenazah istrinya. Bayangkan jika itu semua terjadi pada kita. Ketika kita mengangkat jenazah keluarga kita, saudara kita. Apa yang kalian rasakan?” tanyanya. “Sedih…” jawab para siswa serempak.
Setelah itu Any mulai memaparkan materi singkat tentang hal-hal yang berkaitan dengan gempa maupun tsunami. Kemudian Any menunjuk salah seorang siswa yang mau diajak praktik perlindungan diri ketika bencana terjadi.
Qistia Amara Albina, kelas V Abu Hurairah, siswi yang ditunjuk itu masih berpakaian merah seragam Tapak Suci. Amara menurut saja ketika diperintah untuk berlindung menunduk di bawah meja dengan melindungi bagian kepalanya. Kemudian meringkuk di area yang dinamakan triangle of life atau segitiga kehidupan.
“Jadi lebih tahu dan bisa belajar banyak. Meski agak degdegan karena sempat takut saat ditimpa jendela yang sengaja dirobohkan,” kata Amara mengungkapkan perasaannya ketika berakting menjadi korban gempa.
Setelah pemberian teori penyelamatan diri dan proses evakuasi, acara berikutnya adalah simulasi gempa. Pada sesi ini para murid diminta untuk kembali masuk ke dalam kelas.
“Nanti kalau mendengar kode alarm tiga kali yang saya bunyikan, itu pertanda adanya gempa. Anak-anak yang berada di lantai dasar harus segera keluar berkumpul di halaman sambil menempatkan tas di atas untuk melindungi kepalanya serta posisi kedua siku tangan di depan untuk melindungi area mata,” kata dia menerangkan.
Sedangkan siswa di lantai atas, lanjutnya, tetap berada di kelas sambil meringkuk di bawah meja dan melindungi kepalanya. “Kalau suasana sudah aman baru siswa di lantai atas boleh turun ke lapangan,” tandasnya.
Setelah praktik, acara ditutup di lapangan sambil mengadakan sesi tanya jawab. “Simulasi gempa bumi dan tsunami ini, agar para siswa tanggap menghadapinya. Tidak panik dan patuh pada prosedur dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),” tuturnya.
Sekolah ini juga menggalang dana untuk korban bencana Palu dan Donggala. Sebanyak Rp 7.294.500 berhasil terkumpul mulai dari Selasa (2/10/18) sampai Jumat (5/10/18).
Kepala Sekolah Kholiq Idris SPd mengatakan, acara ini diadakan agar anak-anak siaga ketika menghadapi bencana. Tahu langkah yang diambil. ”Memang kita tidak mengharapkan terjadi bencana tapi pengetahuan perlindungan diri perlu dimiliki sejak dini,” ujarnya. (Kiki Cahya Muslimah)