PWMU.CO – Menulis berita itu tak sekadar benar yaitu mengikuti kaidah-kaidah dasar jurnalistik, melainkan juga harus bagus. Dalam bahasa Editor PWMU.CO Mohammad Nurfatoni, menulis berita itu harus “Enak Dibaca dan Ngangeni.”
Berbicara dalam forum Kopi Darat Kontributor Gresik untuk PWMU.CO alias Kongresmu, Fatoni—sapaan akrabnya—mengajak 21 jurnalis warga yang hadir di Kafe Pitstop PPS Gresik, Sabtu (6/10/18), untuk memproduksi karya jurnalistik yang bagus.
“Jangan sampai kalah dengan ‘wartawan’ mesin,” ujarnya merujuk perkembangan teknologi jurnalistik di Amerika Serikat.
“Saat ini, tak hanya manusia yang dapat menulis berita. Komputer yang mengadopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) juga sudah mampu melakukannya. Media terbukti menjadi lebih produktif setelah menggunakan teknologi baru itu,” ungkap Fatoni mengutip berita koran Kompas (9/9/18) yang berjudul “Mesin Juga Bisa Menulis Berita”.
Menurut penulis buku Tuhan yang Terpenjara ini, kehadiran mesin berita itu bisa saja mengancam eksistensi wartawan. “Tetapi karena manusia memiliki banyak kelebihan maka tidak perlu cemas. Dengan catatan, mau menulis berita yang luar biasa,” tuturnya.
Fatoni menekankan kalau para kontributor—sebutan untuk jurnalis warga PWMU.CO—hanya bisa menulis berita yang biasa-biasa saja, tentu akan kalah dengan mesin. “Tapi jika mau menulis dengan baik, menggunakan rasa di samping logika, maka akan lahir karya berita bagus, yang berbeda dengan berita produksi mesin,” tutur dia.
Untuk itu, pria kelahiran Lamongan itu mengajak Kontributor PWMU.CO agar menulis berita yang enak dibaca dan ngangeni yakni tulisan yang menggugah perasaan pembaca dan karena itu selalu ditunggu kehadirannya.
Dia lalu menyampaikan dua rumus agar para kontributor bisa menulis berita dengan benar dan baik. Pertama rumus PAMFAL. “Ini rumus untuk menulis berdasarkan kaidah dasar jurnalistik. Yaitu berita itu ditulis karena penting, aktual, menarik, dan faktual,” terangnya. “Cara penulisan pun harus akurat dan lengkap yang memenuhi 5W1H.”
Rumus kedua adalah RELMU yaitu runtut, efesien, logis, menghadirkan, dan utuh. “Dari sebagian besar naskah yang masuk ke redaksi, banyak berita yang belum memenuhi unsur itu,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu yang membuat tugas editor menjadi berat karena harus berkorespondensi dengan kontributor untuk melengkapi dan memperbaiki beritanya.
“Kadang satu berita bisa memerlukan waktu 1-2 jam untuk proses editing, termasuk karena harus berlama-lama chating mengungkap informasi yang memadai,” akunya. “Yang bikin sedih, pas mau minta tambahan data, kontributornya sedang offlline.”
Lulusan S1 Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya tahun 1992 itu lalu memberi contoh beberapa tulisan yang dituturkan secara runtut, mengalir dari satu alinea ke alinea lainnya, dan tidak acak-acakan atau loncat-loncat.
Karena keterbatasan waktu, dalam forum itu Fatoni hanya memberi tips bagaimana menulis yang efisien. “Unsur RELMU lainnya insyaallah kita bahas kalau ada pertemuan berikutnya,” ujarnya.
Ada tiga yang bisa diefisienkan dalam menulis berita, yaitu hemat tanda baca, kata, dan kalimat.
Sebagai editor, Fatoni sempat mengungkapkan unek-uneknya karena meski sering diingatkan di Group WhatsApp Kontributor PWMU.CO, tapi banyak kiriman naskah yang masih menggunakan kata ‘selaku’ dan ‘bahwa’ dalam beritanya.
“Padahal tanpa itu tidak mengubah makna dan rasa berita. Itu contoh tak efisien dalam kata,” ujarnya.
Pemilik weblog pojokkata.co ini juga menyampaikan seringnya kontributor menulis hardnews layaknya bikin proposal kegiatan. “Masak berita pakai latar belakang segala. Apalagi tidak jelas itu kutipan narasumber atau opini wartawan,” ujarnya mengingatkan soal boros kalimat dan tidak bolehnya wartawan memasukkan opini pribadi dalam beritanya.
Hal itu sekaligus untuk menanggapai pertanyaan Nugraheny, anggota Kongresmu dari SMPM 12 GKB, tentang bagaimana membuat lead berita yang enak. “Karena terkadang saya merasa kebingungan untuk mengawali tulisan dan berputar-putar pada alinea pertama.” tanyanya.
Dengan berseloroh, Fatoni menjelaskan, “Seperti yang saya lakukan, penulisan kata PWMU.CO itu akan mempermudah penulisan alinea awal,” ujarnya, diiringi tawa khasnya. Lalu dia pun menjelaskan bagaimana membuat lead dalam hardnews dan sofnews.
Dalam pertemuan yang berlangsung gayeng dan akrab itu, Fatoni sempat memuji beberapa kontributor yang sudah bagus dalam menulis berita. “Berita bagus itu cirinya bisa saya upload sambil nyetir mobil,” ujarnya tanpa menyebut nama. “Artinya, sudah tanpa editing yan berarti.”
Dia juga bangga pada beberapa kontributor yang karena seringnya menulis berita untuk PWMU.CO akhirnya diangkat menjadi bagian humas atau maketing di lembaga tempat ia bekerja.
Senior Kongresmu Muhammad Harun Roesyiedh mengatakan pentingnya kontributor mengikuti pelatihan jurnalistik secara berkala semacam ini. “Karena hal itu bisa meningkatkan kualitas penulisan dari yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa!” ujarnya.
Semangat Kontributor PWMU.CO! (Ian Ianah)
Download tips “Menulis Berita yang Enak Dibaca dan Ngageni” oleh Mohammad Nurfatoni