PWMU.CO-Suasana belajar di SD Muhammadiyah 22 Surabaya tiba-tiba terhenti oleh bunyi sirine yang terus meraung di tiap ruang kelas. Seketika para siswa bergegas bersembunyi di kolong bangku. Mereka mengamankan diri dari bahaya. Ada suara gemuruh memenuhi ruang belajar. Sirine itu tanda bahaya gempa.
Para guru juga sigap menenangkan siswa agar tidak panik tapi tetap waspada. Tak lama kemudian sirine berhenti. Raka, siswa kelas 6, mengajak teman-temannya keluar kelas menuju titik kumpul di halaman sekolah.
Siswa dari kelas lainnya juga berhamburan meninggalkan meja belajarnya menuju halaman sekolah. Dari lantai dua dan tiga para siswa berdesakan menuruni tangga agar secepatnya menuju halaman. Kemudian Raka menenangkan teman-temannya sambil memberikan pengetahuan antisipasi bahaya gempa.
Itulah simulasi pengamanan terjadinya gempa yang berlangsung di sekolah yang berlokasi di Kemlaten Baru itu. Meskipun latihan, suasana yang tegang dan mencekam itu tak ayal membuat Febri siswa kelas 2 ketakutan. Bersyukur dia bisa ditenangkan gurunya.
Setelah edukasi bencana acara berlanjut dengan penggalian dana untuk korbangempa Palu. Penggalangan dana bekerja sama dengan Angkatan Muda Muhammadiyah Karangpilang Surabaya.
Pengurus IPM dan Pemuda Muhammadiyah dan siswa berkeliling mengedarkan kota infak. Setiap siswa dan guru memasukkan uang ke kotak itu. Di akhir acara uang terkumpul Rp 7,665 juta.
Guru kelas 3 Budiono menjelaskan, kegiatan simulasi ini bagian dari pembelajaran agar siswa tahu bagaimana cara penyelamatan diri jika ada gempa.
Perwakilan AMM Karangpilang Rizki menyampaikan, acara ini sebagai bentuk kepedulian dari kader- kader Muhammadiyah memberikan bantuan kepada para korban bencana alam. (Andy Hariadi)