PWMU.CO-Pertemuan antar cabang Aisyiyah se-Kabupaten Jember berlangsung di Padepokan Tapak Suci Pimda, Ahad (21/10/2018). Acara bulanan ini menghadirkan Baiq Lily Ramadhani MSos, dosen Universitas Jember untuk sosialisasi bencana dan kesiapsiagaan penanggulangannya.
Dalam paparannya Lily menjelaskan, ibu adalah punya peran penting mengurangi angka korban bencana. Gempa bumi misalnya, ibu harus sering memberikan pengertian dan cara tanggap bencana kepada putra-putrinya secara berulang-ulang.
”Sehingga ketika ada gempa, paling tidak setiap anggota keluarga termasuk anak-anak mampu menyelamatkan dirinya sendiri,” kata Lily.
Disarankan, membuat tanda-tanda dalam rumah ruang yang aman dan tidak aman jika gempa terjadi. Misalnya, sudut ruang diberi tanda hijau sebagai tempat aman. Di bawah palang pintu dan di samping lemari juga aman.
Tempat tidak aman beri tanda merah. Sediakan alas kaki di bawah kolong tempat tidur. Alas kaki untuk jaga-jaga ketika lari menyelamatkan diri saat gempa terjadi, kaki tidak terluka pecahan benda tajam seperti kaca.
Selain itu, sambung Lily, ajari anak mengenal namanya sendiri. Nama orangtua dan alamat rumah. Seandainya terjadi bencana dan terpisah dari orangtua, anak-anak mampu mengenali diri dan keluarganya.
”Kunci pintu jangan dilepas, biarkan tergantung. Jika gempa terjadi, dalam keadaan panik, bisa langsung keluar rumah dengan cepat tidak bingun mencari kunci,” ujarnya.
Ibu guru, kata dia, bisa membuatkan syair lagu tentang gempa dan cara melindungi diri. Aisyiyah mempuyai banyak TK ABA bisa mengajarkan kepada muridnya berulang-ulang. Bisa dilombakan sehingga menjadi ajang kreatif guru dan murid.
“Ada baiknya kita berakrab-akrab dengan bencana. Daerah yang sering terkena bencana, misal penduduk di sekitar Gunung Semeru. Mereka menganggap bencana letusan gunung berapi hanya sebagai ujian. Karena mereka yakin setelah gunung meletus, tanah justru menjadi lebih subur, dan itu sangat menguntungkan mereka,” katanya.
Atau di daerah Lamongan yang setiap tahun terkena banjir. Kalau tidak banjir seperti di musim kemarau, mereka malah susah. ”Kenapa? Kalau banjir, air yang menggenang bisa dijadikan tempat memelihara ikan,” tuturnya.
Menurut prediksi, sambung dia lagi, seluruh pesisir selatan Pulau Jawa akan terkena tsunami dengan kekuatan gempa 8,2 SR. Sedang Sumatera 8,5 SR. ”Tetapi kita tidak bisa memprediksi kapan akan terjadi,” papar Liliy sambil menunjukkan peta prediksi tsunami.
Kontan semua yang hadir terkejut melihat peta prakiraan itu. ”Tidak nakut-nakuti lho Bu. Ini semua hanya prediksi,” kata Lily tersenyum. (Humaiyah)