PWMU.CO-Karyawan RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo Goes to Djogja dengan dua bus, Sabtu-Ahad (20-21/10/2018). Selepas berjamaah Subuh di Masjid Al Muttaqun Prambanan, rombongan menuju tiga objek wisata Pantai Indrayanti, Hutan Pinus Pengger, dan Tebing Breksi.
Refreshing ini setelah kerja keras karyawan hingga rumah sakit ini sukses menjaga akreditasi paripurna Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
Di tengah jalan ternyata arah tujuan berubah. Rencana menikmati matahari terbit di pantai Indrayanti dibatalkan karena emak-emak terjangkiti trauma pantai efek gempa dan tsunami di Lombok dan Palu. Tujuan pertama diubah ke Taman Sari.
Taman Sari adalah Istana Air dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765 sebagai tempat pemandian putri raja dan permaisuri. Paling menarik di sini bukan Umbul Binangunnya, tapi di dekat pemandian Ratu, ada lorong panjang menuju masjid bawah tanah.
Masjid unik ini sama persis seperti namanya. Letaknya memang benar-benar di bawah tanah. Memiliki dua lantai dengan bangunan yang didesain unik berbentuk melingkar seperti panggung. Pada zaman dahulu, tempat ini berfungsi sebagai benteng pertahanan yang dilindungi tembok tebal mengelilingi masjid.
Satu jam menikmati Taman Sari, rombongan beranjak menuju Hutan Pinus Pengger. Lokasinya di ujung paling utara Yogyakarta berbatasan dengan Gunung Kidul. Sebenarnya, hutan pinus ini bukan wisata baru di Bantul. Yang baru adalah spot foto selfienya.
Pengelola hutan ini termasuk rajin dan kreatif menciptakan spot spot selfie. Awalnya spot foto berupa gardu pandang di pohon pinus dan jembatan pohon. Belakangan ada tempat baru yang ngehits dengan spot foto Rumah Piramid bentuknya mirip kemah ala Indian dengan lubang di tengah yang bisa dimasuki pengunjung.
Saat malam hari, dari situ bisa melihat Yogya dari ketinggian, lengkap dengan kemerlip lampu kota. ”Sungguh, merasa rendah dan kecilnya diri kita ketika dihadapkan pada keagungan Allah yang telah dihamparkan di hadapan ini,” kata Zainul Arifin, staf gizi rumah sakit.
Puas di hutan pinus, rombongan bergegas ke Tebing Breksi. Tebing yang menawarkan spot swafoto di bukit batu purba, endapan batu vulkanik Gunung Purba Nglanggeran. Memanjat bukit batu Breksi menjadi daya tarik karena tangga yang tersedia telah tertata rapi.
Selepas Breksi, Malioboro di malam hari menawarkan pesona keramaian wisatawan jalan-jalan yang sayang dilewatkan. Puas jalan-jalan rombongan istirahat di hotel di kawasan ini.
Esok pagi perjalanan berlanjut ke Candi Prambanan yang memikat mata. Kawasan ini terdiri dari tiga candi. Candi Siwa dengan candi pendamping bernama Nandini. Candi Brahma dengan candi pendamping Angsa. Candi Wisnu dengan Garuda sebagai candi pendamping.
Perjalanan dua hari tiga malam para karyawan ini memberi kesan. Penuh keakraban dan kebersamaan. Membawa semangat baru. Jiwa baru untuk bekerja kembali melayani masyarakat dengan profesional.
”Alhamdulillah, dengan rekreasi bisa menjadkan pikiran lebih fresh dan menjalin ukhuwah yang solid,” komentar dr Hendri Mukhlis, dokter jaga IGD. (Tjatur)