PWMU.CO-Pre eklampsia adalah sindrom yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas. Gejalanya terdiri dari hipertensi (darah tinggi), proteinuri (ginjal kronis), dan kadang edema (bengkak) pada usia kehamilan biasanya antara 20-40 pekan.
Demikian disampaikan mahasiswa profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surabaya Sitti Rohmah dalam penyuluhan kepada ibu hamil di depan ruang Poli Kandungan atau KIA lantai dasar RS PKU Muhammadiyah Jl KH Mas Mansur 180-182 Surabaya, Kamis (8/11/2018).
“Terjadinya pre eklampsia ditandai dengan sakit kepala di daerah prontal, kadang edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria dan gangguan penglihatan, pandangan menjadi kabur dan sensitif dengan cahaya,” paparnya.
Mbak Rohmah, begitu dia biasa dipangil, menyampaikan, faktor risiko terjadinya pre eklampsia adalah hamil di atas usia 40 tahun atau di bawah 20 tahun. “Fakto rlainnya kehamilan anak pertama, memiliki riwayat pre eklampsia sebelumnya, hamil anak kembar, obesitas dan hipertensi kronik dan jarak kehamilan,” ujarnya.
Menurut dia, akibat lanjut yang terjadi bila pre eklampsia tidak segera ditangani meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir. Jika pre eklampsia tidak terkontrol akan terjadi eklamsia. Yakni kerusakan permanen organ tubuh ibu seperti pembengkakan paru, gagal hati atau ginjal, stroke, janin lahir prematur atau mengalami kematian jika tidak segera di tolong.
Cara mencegahnya, sambung dia, periksalah kehamilan secara teratur untuk deteksi dini pre eklampsia. Istirahat yang cukup, diet yang tepat dan sesuai. Bila sudah diketahui gejala pre eklampsia disarankan diet makanan rendah protein, pantau perkembangan berat badan.
“Penanggulangannya bisa lewat pengobatan sesuai anjuran dokter, mengatur istirahat dengan baik agar tekanan darah turun, meningkatkan aliran darah menuju plasenta agar bayi dapat bertahan. Melahirkan pada pre eklampsia parah dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah kejadian terburuk pada janin dan ibu,” tuturnya. (Habibie)