PWMU.CO – Memang Sya’ban merupakan bulan persiapan menyambut bulan Ramadhan, sehingga pada bulan ini Rasulullah saw memperbanyak puasa, istighfar dan memperbaiki perilaku. Sayangnya, karena ketidakcermatan dalam memahami ajaran Islam, tidak sedikit umat yang hanya ikut-ikutan melakukan berbagai amalan tertentu yang sesungguhnya tidak ada panduan dalam Islam.
Di pelbagai tempat di dunia ini, umat Islam memeriahkan suatu malam bulan Sya’ban yang disebut Lailat al-Bara’ dengan mempercayai dua hal. Pertama, pada ruh dari orang yang meninggal dunia kembali mengunjungi mereka sehingga membuat makanan manis untuk dibagikan kepada orang lain. Kedua, hidup dan matinya seseorang ditetapkan pada malam kelimabelas Sya’ban.
Prilaku ini tentu tidak lepas dari pemahaman terhadap hadits maudlu’ yang berkembang diantara mereka. Hadits maudlu’ secara ringkas adalah hadits yang dikarang-karang oleh orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad saw. Diantara hadits-hadits buatan yang terkait dengan Nishfu Sya’ban adalah sebagai berikut:
Pertama:
يَا عَلِيُّ مَنْ صَلَّى مِا ئَةَ رَكْعَةٍ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يَقْرَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ وَقُلْ هُوَ الله اَحَدٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ اِلاَّ قَضَى الله لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ
“Wahai Ali, barang siapa yang melakukan shalat 10 rakaat pada malam Nisfi Sya’ban dengan membaca pada tiap-tiap rakaat Fatihah dan ‘Qul Huwa Allahu Ahad’ 10 kali, tidak lain melainkan Allah akan memenuhi semua hajat keperluannya.”
(Baca: Masih Bingung Ibadah Nishfu Sya’ban? Inilah Penjelasan Lengkapnya dan Bagaimana Tuntunan Puasa Sya’ban?)
Kedua:
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَان اَلْفَ مَرَّةِ (قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ) فِي مِائَةِ رَكْعَةٍ لَمْ يَحْرُجْ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَبْعَثَ الله إِلَيْه فِى مِائَةُ مَلِكِ : ثَلاَثُوْنَ يُبَشِّرُوْنَهُ بِالْجَنَّة, وَثَلاَثُوْنَ يُؤْمِنُوْنَ مِنَ النَّارِ, وَثَلاَثُوْنَ يَعْصِمُوْنَهُ مِنْ أَيَّخْطِئ, وَعِشْرُوْنَ يَكِيْدُوْنَ مِنْ عَادَاه
“Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang membaca seribu kali ‘Qul Huwa Allahu Ahad’ pada malam Sya’ban dalam seratus rakaat, tidak akan mati, sehingga Allah mengutus kepadanya seratus malaikat. Tigapuluh memberi berita kepadanya tentang surga, tigapuluh malaikat akan menjauhkan padanya dari api neraka, tigapuluh malaikat akan menjaga dari kesalahan, dan duapuluh malaikat akan menjaga dari musuh-musuhnya.”
Ketiga:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ ثَنِيَتَي عَشْرَةً رَكْعَةً يَقْرَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةِ (قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ) ثَلاَثِيْنَ مَرَّةً لَمْ يَخْرُجْ حَتَّى يُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيَشْفَعُ فِي عَشَرَةِ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلِّهُمْ وَجَبْتُ لَهُمْ النَّارَ
“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda: Barang siapa yang shalat pada malam Nisfu Sya’ban duabelas rakaat, setiap rakaat membaca ‘Qul Huwa Allahu Ahad’ tigapuluh kali, maka ia tidak akan mati sehingga ditampakkan tempatnya surga, dan akan mendapat syafaat dari sepuluh keluarganya yang masuk neraka.”
(Baca: Hukum Shalat Perempuan yang Mengalami Keguguran dan Bagaimana Cara KB yang Islami?)
Keempat:
قَالَ عَلِى بَنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ : رَاَيْتَ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ قَامَ فَصَلَّى أَرْبَعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً, ثُمَّ جَلَسَ بَعْدَ اْلفَرَاغِ, فَقَرَأَ بِأُمِّ اْلقُرْآن أَرْبَعَ عَشْرَةِ مَرَّةً, وَ(قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ) أَرَبَعَ عَشْرَةِ مَرَّةً, وَ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ اْلفَلَق) أَرْبَعَ عَشْرَةِ مَرَّةً, وَ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ) أَرْبَعَ عَشْرَةِ مَرَّةً, وَآيَة اْلكُرْسِي مَرَّةً, وَ(لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْل…): اَلآ يَةً, فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ سَأَلْتَهُ عَمَّا رَأَيْتُ مِنْ صَنِيْعِهِ فَقَالَ : مَنْ صَنَعَ مِثْلَ الَّذِي رَأَيْتَ كَانَ لَهُ كَعِشْرِيْنَ حَجَّةً مَبْرُوْرَةً, وَكَصِيَامِ عِشْرِيْنَ سَنَةً مَقْبُوْلَةً, فَإِنَّ أَصْبَحَ فِي ذَلِكَ اْليَوْم صَائِمًا كَانَ لَهُ كَصِيَامٍ سِتِّيْنَ سَنَةً مَا ضيةً وَسَنَةً مُسْتَقِبلَةً
“Ali bin Abi Talib r.a berkata: Saya melihat Rasulullah saw pada malam Nisfu Sya’ban berdiri melakukan shalat empatbelas rakaat, kemudian duduk, kemudian membaca Ummul Qur’an (al-Fatihah) empatpuluh kali dan ‘Qul Huwa Allahu Ahad’ empatbelas kali, ‘Qul a’udzu bi rabbil falaq’ empatbelas kali ‘Qul a’udzu bi rabbi al-naas’ empatbelas kali, ayat kursi sekali, dan ‘Laqad jaa-akum rasulun….. al-ayah’. Ketika selesai mengerjakan shalat, aku bertanya tentang apa yang beliau lakukan? Beliau menjawab barang siapa yang berbuat sebagaimana yang kamu lihat, maka baginya duapuluh haji mabrur dan puasa duapuluh tahun, jika pada hari itu puasa, maka baginya seperti puasa enampuluh tahun yang telah lewat dan yang akan datang.”
***
Pada hadits pertama terdapat sanad yang menghubungkan pada Nabi: Muhammad bin Na’im al-Hafid, Abu Ali al-Hasan bin Ahmad bin al-Hasan al-Haddad, Abu Bakar Ahmad bin al-Fadl bin Muhammad, Abu Umar Abdurrahman bin Thalhah, al-Fadl bin al-Khasib al-Za’farani, Harun bin Sulaiman, Ali bin al-Hasan, Sufyan al-Tsauri, Laits, Mujahid, dan Ali bin Abi Thalib.
(Baca: Bagaimana Hukum Oral Seks dan Bolehkah Masturbasi Menurut Islam?)
Pada hadits kedua, juga terdapat sanad yang menghubungkan kepada Nabi. Yaitu Ibrahim bin Muhammad al-Azji, al-Husain bin Ibrahim, Muhammad bin Jabar al-Mudzakkir, Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Zirik, Abu Sahl Ubaidillah bin Muhammad bin Zirik, Abu Bakar bin Abi Zakariyah al-Faqih, Ibrahim bin Muhammad al-Darbandi, Ahmad bin Asram al-Muznif, Abu Ibrahim al-Turjumani, Salih al-Shami, Abdullah bin Dzirar, Yazid bin Muhammad, Muhammad bin Maryam, dan Ibn Umar. Selanjutnya halaman 2