PWMU.CO – Politik identitas tak perlu ditakuti para politisi. Demikian yang disampaikan Chusnul Mar’iyah MA PhD, pembicara dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Politik 2019 dan Kemandian Bangsa di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomennaggal IV/1 Surabaya, Sabtu (10/11/18).
Dalam kegiatan yang digelar menyambut Milad Ke-106 Muhammadiyah ini, Chusnul menyampaikan jika Indonesia bukan negara sekuler. “Sebab, kita tidak sama seperti Eropa, yang memisahkan negara dengan gereja, negara dengan agama,” ujarnya sambil menyebut jika ihwal pemisahan itu terjadi karena ada praktik korupsi di gereja.
Menurut pengamat politik Universitas Indonesia itu, pembelahan politik adalah hal yang lumrah. “Maka, kita tidak perlu malu menunjukkan identitas politik yang kita miliki,” ujranya pada ratusan undangan yang hadir.
Maka, lanjut dia, politik jangan dijauhkan dari kampus dan rumah ibadah. “Kampus itu tempatnya orang menggunakan otak, sementara rumah ibadah (masjid) pusatnya agama, norma, dan akhlak,” ujarnya.
Meninggalkan kampus, kata dia, maka semakin menjauhkan peranan politik yang berotak. “Menjauhkan politik dari tempat ibadah, maka semakin membuat politik kita tak bermoral dan tak berakhlak,” jelas mantan Komisioner KPU ini.
Untuk itu, Chusnul berharap partisipasi penuh warga Muhammadiyah pada kontestasi Pemilu 2019. “Karena segala keputusan ditentukan partai politik. Jika diam (tidak berpartisipasi dalam pemilu) maka kita akan dipimpin oleh orang yang tidak peduli dengan keadaan,” tegasnya.
Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, kata Chusnul, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang kuat. “Sebab, bagaimana bisa membawa Indonesia bersuara di kancah global, jika modal dasar kemampuan komunikasi pemimpin kita lemah,” tandasnya.
Dia berpesan agar warga Muhammadiyah tidak perlu takut dengan makar orang-orang yang tidak baik. “Karena kita punya Allah,” ujarnya lalu mengutip surat Ali Imran ayat 54. (Darul)