“Tapi anehnya, warga sekitar tidak ada yang ikut protes,” kata Haji Darim, ayah dari 6 anak dan kakek 8 cucu ini. Sebagai purnawirawan tentara, Haji Darim paham jika protes semacam itu digerakkan oknum tertentu. “Tapi saya tak mau menyebut namanya,” ujarnya. Menurutnya, ada dua oknum yang menyuruh puluhan pendemo, yang ternyata warga jauh.
Di antara sekitar 50 pengunjuk rasa itu, mayoritas tidak pernah menginjakkan kaki ke mushala, alias tidak pernah shalat. Warga sekitar yang menjadi jamaah mushala sebenarnya ikut prihatin. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. “Darim dan keluarga orangnya baik. Tidak pernah menyakiti. Justru membimbing ngaji Quran pada kami,” kata salah seorang warga.
(Baca juga: Drone Ciptaan Dosen UMM Ini Terinspirasi Surat Arrahman)
“Para warga yang demo itu, merasa terusik dengan upaya kami yang berusaha mengajak beribadah sesuai tuntunan Rasulullah,” ujar Haji Darim. Dan sebenarnya kasus ini oleh anak pertamanya, Retno Peni Sayekti yang dinas di Polres Bojonegoro, akan “diperkarakan’. Tapi Haji Darim tidak mengijinkan. “Jangan. Kita masih butuh mereka. Siapa tahu suatu saat mereka menjadi pendukung kita,” begitu kata Haji Darim kepada anaknya.
Haji Darim memang tak mau ribut-ribut. “Tekanan dan intimidasi sudah biasa kami alami, waktu merintis Muhammadiyah di Surabaya,” katanya. Apalagi anggota Muhammadiyah di Yungyang harus tetap menjadi minoritas yang baik. Mushala milik warga itu akhirnya ‘dilepas’ dan beralih kepemilikannya pada kelompok lain.
Pendirian Masjid Jauharo Ali Muhammadiyah
Dua bulan sejak tidak aktifnya Haji Darim di mushala, datanglah kabar gembira itu. Ada bantuan sebesar Rp 300 juta dari donator di Arab Saudi melalui Yayasan Bina Muwahhidin Surabaya. Terwujudnya bantuan ini tak lepas dari mediasi yang dilakukan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, melalui Lazismu, yang diketuai Sujudna.
Maka Haji Darim dan warga Muhammadiyah Yungyang segera membangun masjid berukuran 15×15 meter di atas tanah yang terletak di tepi jalan raya. Tanah yang dibeli seharga Rp 120 juta itu sudah tujuh tahun mangkrak. Di atas tanah milik PCM Modo itu akhirnya dibangun masjid dengan total biaya sebesar Rp 475 juta. Kekurangan Rp 175 juta dibantu para dermawan, khususnya dari kalangan Muhammadiyah Modo. Bersambung ke hal 3 …