PWMU.CO – Menjadi seorang wartawan atau jurnalis tidak harus berlatar belakang sekolah atau kursus jurnalistik. Dengan belajar sendiri alias otodidak profesi itu ternyata bisa dilakoni.
Itulah pengalaman yang disampaikan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni ketika menjadi pembicara dalam Pelatihan Jurnalistik bertema “Be a Good Writer on Digital Area” yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB, Gresik, Selasa (13/11/18) sore.
“Saya ini dulu guru biologi, tapi sekarang jadi wartawan,” ujarnya memotivasi 31 guru yang mengikuti acara di SMP Muhammadiyah 12 GKB, Gresik. Fatoni—sapaan akrabnya—mengungkapkan sampai saat ini dia belum pernah sekalipun mengikuti pelatihan jurnalistik. “Jadi sebenarnya Anda ini beruntung ada yang ngajari menulis berita,” ucapnya.
Menurut dia, ketrampilan menulis berita dia peroleh dengan cara membaca majalah dan koran. “Saya ini sudah sejak SD telah membaca majalah Tempo dan Panji Masyarakat serta harian Merdeka, dan Surabaya Post,” ujar pria kelahiran Lamongan 22 Januari 1969 ini.
Fatoni berkisah, dia bisa membaca Tempo karena ayahnya, almarhum Ahmad Thohir—meminjam majalah tersebut dari seorang mantri kesehatan asal Yogyakarta Zarqoni Suteja yang bertugas di Balai Pengobatan, kini Klinik, Muhammadiyah Keduyung, Laren, Lamongan. “Sedangkan Panji Masyarakat dan dua koran yang terkenal di masa itu adalah oleh-oleh ayahnya saat pergi ke kota,” jelasnya.
Menurut almunus S1 Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya—kini Unesa—bacaan-bacaan itulah yang berperan menumbuhkan ketrampilan menulisnya. “Apa yang kita baca akan mengendap dalam alam bawah sadar. Maka ketika kita menulis, itu yang memengaruhi tulisan,” ujar Fatoni yang mengaku sampai saat ini masih berlangganan Tempo, Kompas, dan Jawa Pos dengan cara eceran dan versi digitalnya.
Kepada peserta yang semuanya guru itu, Fatoni menekankan pentingnya membaca bagi jurnalis. “Penulis yang baik itu adalah pembaca yang baik pula,” ucapnya. Dengan banyak membaca, lanjutnya, tulisan jadi kaya warna, tidak kering, dan enak dibaca karena menyajikan pilihan diksi yang variatif dan baru.
Selain membaca, penulis buku Tuhan yang Terpenjara ini menekankan pentingnya praktik menulis. “Jadi, ingin menulis berita, ya menulislah!” resepnya. Menurutnya tak ada teori khusus untuk menulis karena yang penting itu praktiknya.
Dia mengaku mulai menulis sejak di bangku SMA melalui majalah dinding sekolah, kemudian dilanjutkan saat kuliah hingga saat ini. Beberapa kumpulan opini yang pernah dimuat di media cetak pun dia terbitkan di pojokkata.co, weblog pribadinya.
Resep langsung praktik itu dia terapkan pula pada para kontributor PWMU.CO. Menurutnya, selama ini dia banyak menerima kiriman berita yang hanya berupa mozaik-mozaik SMS. “Tapi karena rajin menulis dan dapat bimbingan editor, akhirnya beberapa kontributor itu kini tulisannya bagus. Bahkan, bisa diangkat jadi co-editor,” ujar Fatoni yang pernah membuat liputan khusus haji dari Mekkah-Madinah dan kunjungan ulama Jatim di China.
Di forum pelatihan jurnalistik praktik menulis juga dia terapkan langsung di pada guru-guru dari empat sekolah Muhammadiyah GKB—yaitu SDM 1 GKB, SDM 2 GKB, SMPM 12 GKB, dan SMAM 10 GKB—dan sekolah mitra yang hadir: SMPM 13 Campurejo, MTsM 6 Banyutengah, SDM 1 Wringinanom, dan SMKM 2 Benjeng.
Di awal pelatihan ayah lima anak itu meminta setiap peserta menulis peristiwa penting yang dialami hari itu. Sedangkan di akhir acara dia meminta peserta menulis kegiatan pelatihan itu sebagai berita. “Tulisan terbaik akan mendapat kaos dan dimuat di PWMU.CO,” ujarnya.
Tak ayal ada yang kelabakan karena tidak biasa menulis berita, seperti yang diungkapkan Idayanti SPd, “Saya sebelumnya belum pernah menulis berita,” ujar guru SMAM 10 GKB itu.
Sementara itu Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) SMA Muhammadiyah 10 GKB M. Hasan Mahrobi SPd merasa tertantang untuk menulis berita. “Saya harus belajar menulis dan menyelesaikannya hari ini,” ucapnya.
Bagi peserta yang telah menjadi kontributor PWMU.CO, tentu tantangan itu tidak mengagetkan. Seperti dialami Guru SMPM 12 GKB Ichwan Arif. Ia menjadi pengirim pertama berita pelatihan itu. Sementara peserta lainnya minta tangguh waktu sampai pukul 23.00 WIB.
Drs Musaini, anggota Majelis Dikdasmen PCM GKB yang membuka acara menuturkan, sesuai dengan tema pelatihan, 31 peserta yang hadir diharapkan bisa menjadi penulis yang baik dalam rangka meningkatkan kapasitas guru untuk bekal promosi sekolah.
“Promosi atau marketing sekolah di zaman ini tidak cukup hanya lewat spanduk, tapi juga media online yang malah lebih sering dibaca orang,” terangnya. (Adis/Fillah)