PWMU.CO – Sosialisasi 4 pilar kebangsaan merupakan salah satu kegiatan kebangsaan yang sudah beberapa tahun berjalan. Jika biasanya ia “miskin” dari kritik, kali ini kritik keras dikeluarkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, DR M. Saad Ibrahim. Di hadapan Ketua MPR RI Zulkilfi Hasan yang menghadiri silaturrahmi santri, wali, hingga alumni Pondok Pesantren Ar Raudatul Ilmiah Nganjuk (21/5), Saad lebih menekankan pentingnya membangun keadilan sebagai pondasi 4 pilar.
“Tanpa keadilan, 4 Pilar kebangsaan ini akan sia-sia karena tidak bisa memberi berkah bagi bangsa Indonesia,” urainya di aula pesantren yang berlokasi di jalan KH Wachid Hasyim 20 Kertosono Nganjuk, Jawa Timur, itu. “Dan, inilah salah satu panggilan yang harus dipenuhi Muhammadiyah,” tambah Saad tentang jawaban “sosialisasi 4 pilar” dalam kehidupan berbangsa.
(Baca: Dua Kyai Lahirkan Tokoh Nasional Penerima PWI Jatim Award dan Ketua Forum Guru Muhammadiyah, Pahri: Sempat Ditentang Keluarga Ketika akan Kuliah di Unmuh)
Bagi Muhammadiyah, tambah Dosen UIN Malang ini, persoalan 4 pilar kebangsaan ini sudah usai. Bahkan sudah diputuskan dalam muktamar 2015 sehingga menjadi keputusan resmi organisasi. “Namun, yang menjadi perhatian utama Muhammadiyah adalah bagaimana Empat Pilar itu menjadi berkah bagi rakyat Indonesia,” ujarnya. 4 pilar kebangsaan itu sendiri adalah Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhinneka Tunggal Ika, dan Undang-undang Dasar 1945.
Karena itu, tambah Saad, Muhammadiyah memang tidak terlalu berbusa-busa dalam membicarakan persoalan Empat Pilar. Justru Muhammadiyah memberikan bukti nyata kontribusi bagi negara ini dengan rumah sakit, sekolah, PTM, pondok pesantren, dan panti asuhan. “Ini merupakan cara Muhammadiyah untuk agar 4 pilar kebangsaan ini bisa berdiri tegak,” pungkasnya.
(Baca: Pertanyaan Usil Santri pada Kyai dan Sukses Berkat Nyantri, Inilah Testimoni Alumni Pesantren Muhammadiyah)
Di sesi berikutnya, Ketua MPR RI, DR (HC) Zulkifli Hasan, mengakui bahwa Pancasila sebagai filosofi bangsa Indonesia memang mudah dipahami, tetapi sulit untuk diterapkan. “Apabila seluruh perilaku kita disinari oleh cahaya Ilahi dengan menerapkan sila pertama yaitu ketuhanan, maka kita dapat memanusiakan manusia dengan adil dan beradab. Dari sana lahirlah persatuan dan perdamaian, sehingga semua akan musyawarah mufakat. Dengan begitu barulah terjadinya adil bagi seluruh rakyat.”
“Itulah intinya Pancasila, mudah mengertinya namun susah menerapkannya,” lanjutnya. Karena itu, Zulkifli berharap para santri Ar Raudatul Ilmiah dan warga Muhammadiyah dapat menjadi model dalam menjalankan 4 Pilar Kebangsaan ini. Selain Ketua MPR, hadir pula dalam rombongan itu anggota DPR RI Eko Patrio yang putra asli Nganjuk. Kehadiran keduanya mendapat sambutan hangat dari para hadirin yang terdiri dari santri, wali, hingga alumni dari pondok pesantren. (ainun Najib)