PWMU.CO – Presiden Joko Widodo berjanji menurunkan harga daging pada level di bawah Rp 80 ribu per kg, pada saat Lebaran nanti. Pernyataan Presiden disampaikan saat membuka Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (23/5).
“Bandingkan harga daging di Malaysia yang cuma Rp 50-55 ribu. Itu sudah harga ritail. Kita Rp 120-130 ribu. Kalau mau lebaran bisa Rp 150 ribu,” kata Presiden. “Kira-kira tiga Minggu yang lalu, saya minta (kepada para menteri) bahwa sebelum lebaran, harga daging harus di bawah Rp 80 ribu,” kata Jokowi disambut tepuk tangan hadirin. “Kalau negara lain bisa, mengapa kita tidak bisa. Nah ini menteri-menteri baru pusing semua,” katanya bergurau.
(Baca: Malik Fadjar: Muhammadiyah Ikut Berperan dalam Mencerdaskan Bangsa)
Dalam sambutannya Jokowi juga membandingkan sejarah kemajuan antara Indonesia dengan Korea Selatan. “Saya baru saja berkunjung dari Korsel, seminggu yang lalu. Apa yang saya lihat di sana, cerita yang disampaikan pada saya, tahun 50-an kondisinya lebih miskin daripada Indonesia, katanya.
Jokowi melanjutkan, “Pada tahun 60 Korsel kurang lebih sama dengan kita. Kemudian masuk tahun 70-an, mereka masuk ke Industri. Sebenarnya Indonesia juga sudah masuk industri, misalnya PT PAL sudah ada. Namun pada dekade berikutnya mereka menjadi raksasa ekonomi dunia dengan GDP yang luar biasa.”
Jokowi mengajak memetik pelajaran dari sejarah itu. Menurutnya, ada dua kunci yang membuat Korea Selatan lebih cepat maju, yaitu keterbukaan dan keberanian melakukan inovasi. “Mereka terbuka. Mereka berlomba-lomba untuk inovasi. Mereka berloba-lomba untuk kemajuan. Dan mereka berani berkompetisi dengan negara lain,” kata Jokowi
Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara besar, bangsa besar, dan kapal besar. “Dengan 250 juta penduduk, 17 ribu pulau yang kita punya, anugerah yang diberikan Allah pada kita. Berlimpah ruah,” ujarnya.
(Baca juga: Mantan Wapres Boediono: Muhammadiyah Berperan dalam Konsep Negara Kesejahteraan)
“Mengapa kita ditinggal mereka. Menurut saya, kita tidak dalam konsistensi yang terus menerus bekerja keras, berpikir rasional, belejar produktif, dan inovasi yang baik,” katanya. “Kita terjebak dalam, seperti yang dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah, selalu membesarkan masalah dan berpikir tidak produktif. Gampang sekali menjelekkan dan mencemooh yang lain. Gampang sekali mengeluh. Oleh sebab itu menurut saya, tantangan-tantangan seperti itu yang kita selesaiakan,” katanya
“Apa yang menjadi persoalan di Indonesia? Menurut saya kita tidak berani melakukan perombakan besar-besaran di jajaran pemerintah kita , dalam peraturan, dan regulasi,” katanya. Untuk mempercepat laju pembangunan itu, Jokowi mengemukakan tiga hal. Pertama, mempercepat pembangunan infrastruktur. Kedua, melakukan deregulasi besar-besaran terhadap berbagai peraturan yang menghambat,. Dan ketiga, pembangunan sumber daya manusia.
Dalam hak infrastruktur Jokowi memberi contoh soal bongkar muat di pelabuhan dalam negeri. “Bongkar muat bisa 7 hari. Padahal di Singapura 1 hari dan Malaysia 2 hari,” katanya. Sementara dalam bidang regulasi Jokowi menyoroti banyaknya regulasi yang ada. “Gambaran saja, ada 2004 ribu aturan regulasi, baik di UU, di PP di Peraturan Menteri. Dan ada 3000 perda yang bermasalah di Kementrian Dalam Negeri,” kata Jokowi
“Apa yang bisa kita buat?” tanya Jokowi. “Bagi saya sederhana. Hal-hal seperti ini yang kita potong secepatnya. Karena kita berkompetisi dengan negara lain yang sudah memiliki kecepatan,” jawabnya. (Hidayatulah/MN)