
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah adalah obat jangka panjang bagi masyarakat Indonesia yang pascareformasi kondisinya lagi “sakit”.
Pernyataan itu dia sampaikan ketika membuka acara Rapat Kerja Nasional (Rakornas) dan Halaqah Dai Khusus yang diadakan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah di At Tauhid Tower lantai 13 Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Jumat (14/12/18).
Haedar mengatakan, setelah reformasi hadir kelompok-kelompok puritan yang memperoleh tempat cukup luas di masyarakat Indonesia. Menurut dia, hal itu terjadi karena masyarakat sekarang ini butuh kepastian nilai, yang itu cenderung hitam-putih.
“Sekarang ini banyak muncul kelompok atau jamaah tabligh, majelis dzikir, majelis Rasullullah dan lainnya. Kolompok itu banyak sekali pengikutnya. Mereka cenderung menawarkan kepastian nilai yang hitam-putih,” terangnya.
Haedar menyebutkan, itu merupakan tantangan dakwah yang harus dihadapi karena Muhammadiyah bukan hitam-putih. Tapi Muhammadiyah itu memberikan pemahaman Islam yang komprehensif.
“Muhammadiyah itu tidak cukup hanya memberikan kepastian nilai. Tapi juga mencerahkan,” katanya.
Haedar lalu mengibaratkan kondisi sekarang ini seperti orang yang sedang sakit, lalu diberi obat generik. Nah, obat generik itu hanya berfungsi untuk memblok rasa sakit sementara itu saja.
“Kalau Muhammadiyah itu obat jangka panjang. Karena tidak sekadar memblok rasa sakit itu tapi mengobatinya,” tegasnya.
Haedar mengakui, saat ini masyarakat mendambahkan peran Muhammadiyah yang lebih dinamis dan proaktif untuk menjadi pembimbing moral dan pembimbing arah hidup masyarakat, yang bisa membawa nilai kebenaran, kebaikan, dan nilai luhur.
“Saya percaya jika Muhammadiyah punya kekuatan nilai ditambah organisasi yang kuat, maka Muhammadiyah akan tetap dijadikan rujukan masyarakat dalam hal arah hidup,” tuturnya.
Haedar melanjutkan, setelah reformasi juga muncul situasi politik yang mengeras atau muncul politik identitas. Selain itu, tumbuh komunitas baru dalam kehidupan masyarakat akibat perubahan yang sangat masif. Seperti munculnya komunitas elit di perumahan, sosialita, dan banyak lagi lainnya.
“Nah, kelompok menegah atas ini haus akan nilai. Karena itu Muhammadiyah-Aisyiyah harus hadir untuk menuntu gaya hidup itu menjadi sesuatu yang Islami. Jadi jangan merasa berada di zona aman terus,” tandasnya. (Aan)