PWMU.CO – Dulu, bagi yang sering mengunjungi Jalan Malioboro Yogyakarta akan kesulitan mencari tempat untuk shalat. Tapi kini kesulitan itu tak ada lagi.
Pasalnya telah berdiri Masjid Siti Djirzanah, tepat di depan pasar tradisional Beringharjo. Masjid dengan arsitektur China di bagian atas dan didominasi warna biru itu sangat indah dan tampak dari kejauhan walaupun terhimpit oleh gedung- gedung besar dan lapak-lapak pedagang.
Untuk mengetahui lebih jauh masjid tersenut, PWMU.CO menemui Totok Yulianto, Koordinator Staf Operasional Masjid Siti Djirzanah, Rabu (1/1/2019). Menurutnya, masjid ini dibangun oleh keluarga Herry Zudianto untuk mengenang amal jariyah ibunda almarhumah Siti Djirzanah.
Totok menjelaskan, Herry Zudianto adalah Walikota Yogyakarta periode 2001-2011. Dia juga pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan salah satu Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta.
“Bangunan ini dulunya milik pakdenya Pak Herry. Kemudian dibeli oleh beliau selanjutnya dibangun masjid tersebut,” tutur Totok.
Lokasi ini dipilih, sambungnya, karena Maliboro adalah pusat keramaian Kota Yogyakarta. “Tapi untuk melaksanakan shalat sulit menemukan tempat di sini,” terang dia.
Totok menjelaskan, atas saran Pemerintah Kota Yogyakarta dan menyerap beberapa aspirasi maka dibuatlah kubah dengan gaya arsitektur China. “Karena di sekitar Malioboro ini ada Kampung Pecinan,” ujarnya.
Totok mengatakan, masjid ini dibangun pertengahan tahun 2017 dan pada tanggal 10 Agustus 2018 diresmikan untuk digunakan untuk masyarakat umum.
Masjid seluas 50 meter persegi ini terdiri dua lantai. Lantai atas untuk jamaah putra yang bisa menampung 120 orang dan lantai dasar yang bisa menampung sekitar 50 orang jamaah putri. Sedangkan tempat wudhupun terbagi menjadi dua: sisi kanan untuk putri dan sisi kiri untuk putra.
Yang unik, di masjid ini disediakan tas untuk sepatu dan sandal jamaah yang akan melakukan shalat. Tas itu nanti bisa ditaruh di rak-rak yang ada di sebelah kanan dan kiri masjid. Menurut Totok, penyediaan tas ini untuk keamanan sandal dan sepatu jamaah terjaga.
Keunikan lain sebagai masjid berkemajuan, selain menyediakan kontak infak konvensional, juga ada layanan donasi online yang bekerja sama dengan Lazismu.
Totok menjelaskan, donasi tersebut akan disalurkan untuk dua hal, yaitu bea siswa pendidikan bagi 200 siswa di Gunung Kidul dan kepada Badan Waqah Al Qur’an (BWA) untuk waqah Alquran yang akan didistribusikan ke beberapa propinsi di Indonesia. (MHR)
Discussion about this post