PWMU.CO-Sebanyak 750 siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik duduk rapi memenuhi lapangan sekolah di bawah tenda besar. Mereka mengikuti kegiatan Gresik Hijrah (Gresh) Goes to School, Kamis (3/1/2019).
Acaranya berupa Sharing and Inspiring Talkshow dengan narasumber Aditya Abdurrahman (Youth Foundation dan Pembina Punk Muslim Surabaya), Ramadhani Anwar (Pit Stop Kopi), David Faristian (pemain sepak bola Persegres), dan Prasetya Yuda (Ararkula, garmen).
Sesi pertama Inspiring Talkshow dengan tiga narasumber yaitu Ramadhani Anwar, David Faristian, dan Prasetya Yudha. Moderatornya Romadhoni Kusnul Khotimah (Ketua Ladies Gresh). Dialog pun berlangsung gayeng.
Pemain bola David Faristian mengatakan, suka sepakbola sejak kecil. Bersyukur orang tuanya mendukungnya. ”Sejak kelas V, saya ikut Sekolah Sepak Bola (SSB) sampai sekarang ini,” katanya. “Intinya cintai hobimu, dan lakukan hal yang positif melalui hobimu tersebut,” tambahnya.
Sementara pembicara Ramadhani Anwar menceritakan awal mula membangun Pit Stop Kopi. “Dulu saya sering ditolak cewek, karena saya kelihatan lemah dan malas. Akhirnya saya bersemangat melakukan sesuatu yang besar dan positif. Saya tunjukkan bahwa saya bukan seperti yang mereka kira,” katanya.
“Alhamdulillah, sekarang saya masih jomblo dan banyak sekali yang antre mau menikah dengan saya,” canda pemilik empat cabang warung kopi ini disambut tawa peserta.
Lain cerita Prasetya Yudha. Awalnya, dia tidak pernah berpikir untuk menjual produk pakaian, walaupun passionnya ada disitu.
“Saya memang suka dengan dunia bisnis. Saya menjual apapun, yang penting menghasilkan uang. Bahkan saya pernah menjual perlengkapan kecantikan. Tapi semuanya gagal. Akhirnya, saya bisa sukses ketika menjual produk pakaian. Ternyata itu passion saya,” katanya.
Inspiring Talkshow dan tanya jawab selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sharing bersama Aditya Abdurrahman. Mengawali ceramahnya, ustadz yang biasa dandan trendi dengan jaket dan topi ini mengisahkan tentang kehidupannya terdahulu.
Dia pernah bergabung dengan komunitas punk ketika SMA. “Saya anak punk mulai SMA. Hampir 10 tahun saya ikut komunitas tersebut,” katanya.
Dia merasa agama Islam itu membosankan. Karena ketika datang ke majelis taklim, atau ke masjid selalu dipenuhi oleh orang-orang tua yang sudah pensiun. Jarang sekali ada anak muda.
Dia baru sadar Islam itu agama yang benar dan menyenangkan ketika membaca sebuah kisah tentang 10 sahabat Nabi Muhammad yang masuk Islam.
” Dari sepuluh sahabat itu hanya dua orang berusia di atas 30 tahun. Lainnya muda semua. Bahkan banyak yang di bawah 20 tahun. Dari situ, saya berkata dalam hati, berarti apa yang saya lakukan sudah benar. Harusnya, yang mudalah yang mengembangkan agama Islam,” katanya.
Sejak saat itu ia berjanji untuk berhijrah. Dia benar-benar berhijrah di jalan Allah. Dia abaikan cibiran- cibiran dari temannya terdahulu. Di akhir sharing dia berpesan, berhijrahlah ke jalan yang positif, melalui passion masing-masing.
Pendiri Gresik Hijrah (Gresh) M. Jinan Syuhma, kegiatan Gresh Goes to School ini bertujuan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru kepada generasi muda untuk melakukan kerja positif di masa muda mereka. (M. Ali Safa’at)