PWMU.CO – Dr H Haedar Nashir MSi menyatakan, dalam Pemilu 2019 warga Muhammadiyah harus menjadikannya sebagai sarana politik bermartabat untuk mendapatkan pemimpin berkualitas.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menjelaskan, setiap komponen bangsa—yang di dalamnya terdaoat Muhammadiyah—harus bisa menjaga etika mulia. Jangan dijadikan pemilu ini sebagai ajang untuk perpecahan komponen bangsa ini.
“Muhammadiyah harus lebih cerdas dan bermartabat dalam menyukapi pemilu ini,” paparnya, saat ditemui PWMU.CO, sebelum acara Tabligh Akbar Muhammadiyah Gresik di SMAM 10 GKB, Ahad (20/1/19).
Bermartabat, menurutnya, adalah cara terbaik bagi warga Muhammadiyah untuk menentukan sikap perpolitikan di Indonesia, apalagi pada agenda besar pemilihan presiden dan wakil dan anggota legislatif. “Terlalu naif apabila Muhammadiyah yang besar ini tidak menjadikan pemilu ini dengan bijak,” ujarnya.
Haedar mengajak semua komponen bangsa untuk menjaga dan berperan aktif. “Tidak menjadikan pemilu ini untuk mendapatkan kepentingan pribadi atau partai semata. Kepentingan besar bangsa harus dinomorsatukan,” pesannya.
Ketika bermartabat, sambungnya, berarti nilai-nilai mulia, adab terpuji itu dijalankan, dipraktikan untuk bisa berpolitik dengan bersih. Nilai-nilai yang mengesampingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa ditiadakan. “Politik memecah belah, saling menjatuhkan, saling sikut sana sini, saling mencibir, mencari kesalahan harus mulai dihindari,” tutur dia.
Saatnyalah, lanjutnya, pemilu dijadikan sebagai proses bermartabat untuk mencari sosok pemimpin bangsa yang miliki karakter terbaik.
Haedar mengakui dalam pemilu itu pasti banyak perbedaan, baik itu opini maupun pilihan. Tetapi semangat kebangsaan harus diutamakan. Warga Muhammadiyah, imbaunya, harus menggunakan cara dan sikap yang menjunjung tinggi nilai mulia. “Maka, politik bermartabat salah satu cara terbaik,” (Ichwan Arif)
Discussion about this post