PWMU.CO-Tiga belas anak-anak pandu Hizbul Wathan dari MTs Muhammadiyah 9 Wotan memasuki lapangan tempat Tabligh Akbar berlangsung Ahad (20/1/2019). Terdiri 10 putri dan 3 putra berseragam coklat biru. Leher dililit hasduk dan pakai topi baret hijau regu ini tampak gagah.
Mereka membentuk tiga barisan berjajar ke belakang. Lantas mereka berlari dengan memegang tongkat menuju tengah arena apel AMM di lapangan Central Market Pondok Permata Suci ini. Penonton pun mulai bersorak.
Dengan tongkat di kedua tangannya, barisan itu membentuk konfigurasi baris-berbaris. Maju, mundur, balik kanan, balik kiri, putar ke kanan, putar ke kiri. Tiba-tiba berpencar ke kanan dan ke kiri sambil berjalan merunduk mengayunkan tongkat ke depan dan ke belakang lantas berteriak lantang, “Pandu Hizbul Wathan.”
Barisan kemudian melingkar. Tongkat tersandar pada pundak dan bergabung satu sama lain. Lalu merunduk bersama. Di saat itulah Thalata Dea Merdeka, siswa kelas 9 pimpinan regu, menaiki tongkat kemudian berdiri tegak di atasnya. Saat Dea tegak berdiri, barisan yang semula merunduk juga serempak berdiri.
Peserta upacara dan penonton tercengang melihat atraksi itu. Gemuruh tepuk tangan langsung mengiringi tiada henti. Di atas tumpuan tongkat itu Dea kemudian melapor,”Kepada Inspektur Upacara, hormat grak…… Tegak grak.”
Setelah itu barisan segera kembali merunduk untuk menurunkan Dea. Kembali ke posisi semula dalam barisan. Kemudian pamit dan keluar arena lapangan. Tepuk tangan penonton kembali membahana mengakhiri atraksi baris berbaris tongkat di arena itu.
Regu pandu ini ditunjuk Ketua Kwarwil HW Jatim Harun Rasyied setelah meraih juara 1 Lomba Baris Berbaris Tongkat Tingkat Pengenal SMP/MTs pada Perkemahan Akhir Pekan Jumat-Ahad (4-6/1/19) lalu yang diadakan Kwarda HW Gresik.
Arifiyanto SPd, pembina Hizbul Wathan, menjelaskan, gerakan tadi merupakan gabungan dari beberapa variasi PBB konfigurasi tongkat. ”Siswi yang disiplin, memiliki kerja sama yang baik dengan tim, dan mau bekerja keras. Itulah salah satu persyaratan yang diterapkan agar siswa-siswi dapat terpilih dalam regu PBB,” tutur guru Bahasa Inggris ini.
Arif, begitu sapaannya, menambahkan, trik ketika mengangkat Dea dengan tongkat agar tidak jatuh, pertama, beban posisi anak yang mengangkat harus seimbang. Kedua, tongkat siswa satu dengan yang lain harus dalam posisi sejajar dan seimbang. Ketiga, memiliki kemampuan PBB dasar yg baik. Keempat, berat badannya harus lebih kecil dari yang lain.
”Dalam latihan, gerakan ini sering mengalami kesulitan sehingga pimpinan regu yang diangkat beberapa kali jatuh. Tetapi alhamdulillah dengan kesabaran dan kerja keras dari anak-anak gerakan tersebut bisa dilakukan,” tambahnya.
Makna dari konfigurasi naik tongkat tersbut adalah united we stand, devided we fall. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Sedangkan tujuannya menanamkan kepada siswa pentingnya kerja sama, persatuan, dan gotong royong.
”Meski persiapan hanya sepekan, tapi alhamdulillah dengan kerja keras dari anak-anak kami bisa tampil dengan sempurna. Tampilan tadi membanggakan dan anak-anak termotivasi menjadi lebih baik,” tuturnya. (Tsalis)