PWMU.CO – Lima Sekolah Dasar Muhammadiyah mengikuti Workshop Applying The Higher Order Thinking Skills (HOTS) In English Language Teaching (ELT) yang bertajuk ‘What We Know and What We Need To Know’, Sabtu (19/1/18).
Sekolah tersebut adalah SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, SD Muhammadiyah 24 Surabaya, SD Muhammadiyah 4 Surabaya, SD Muhammadiyah 8 Surabaya, dan SD Muhammadiyah Ikrom Wage Sidoarjo.
Workshop diselenggarakan oleh Global Books Surabaya (GBS) dan Eka Widya Anugerah (EWA) Surabaya di Kampus B Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jalan Raya Jemursari Nomor 57 Surabaya.
Prof Dr Setiono Sugiharto, narasumber workshop ini mengatakan, berpikir tingkat tinggi pada dasarnya berarti berpikir yang terjadi di tingkat yang lebih tinggi dari hierarki proses kognitif. “Higher-order thinking essentially means thinking that takes place in the higher-levels of the hierarchy of cognitive processing,” ujarnya.
Profesor di Sekolah Pascasarjana Linguistik Bahasa Inggris Terapan, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta ini menjelaskan, taksonomi Bloom adalah pengaturan hirarkis yang paling banyak diterima dalam pendidikan dan dapat dilihat sebagai rangkaian keterampilan berpikir dimulai dengan pemikiran tingkat pengetahuan dan akhirnya pindah ke tingkat evaluasi.
“Bloom’s taxonomy is the most widely accepted hierarchical arrangement of this sort in education and it can be viewed as a continuum of thinking skills starting with knowledge-level thinking and moving eventually to evaluation-level of thinking,” paparnya.
Setiono menegaskan, HOTS sebagai bagian dari domain kognitif dalam tujuan pendidikan. “HOTS as part of a cognitive domain of educational objectives,” kata dia.
Cognitive domain (domain kognitif), lanjutnya, mengarah pada intellectual outcomes (hasil intelektual). “Sementara affective domain (domain afektif) mengarah pada interest (minat) dan attitudes (sikap). Untuk psychomotor domain (domain psikomotor) mengarah pada motor skills (keterampilan motorik),” jelasnya.
Setiono kemudian menjelaskan relevansi HOTS terhadap literasi akademik. Menurutnya, keterampilan akademik menuntut siswa tidak hanya untuk memiliki pengetahuan tertentu, memahami, dan menerapkan informasi dalam situasi baru, tetapi juga untuk menganalisis teks, visual, bagan, dan diagram. “Academic skills require students not only to possess certain knowledge, comprehend, and apply information in a new situation, but also to analyze texts, visuals, charts, diagrams,” paparnya.
Selain itu, kata Setiono, ketrampilan akademik secara kritis mengevaluasi mereka berdasarkan akumulasi pengetahuan yang mereka miliki dan menciptakan pengetahuan baru. “And critically evaluate them in lights of the accumulated knowledge they have and create new,” tambahnya.
Setiono mengatakan, HOTS tidak lebih unggul dari Lower Order Thinking Skills (LOTS). “HOTS is not more superior than LOTS,” ujarnya.
Kedua domain kognitif (LOTS dan HOTS) tersebut, kata Setiono, harus dilihat sebagai sebuah kontinum, bukan dikotomi yang berlawanan. “Both cognitive domains (LOTS and HOTS) should be seen as a continuum, not an opposing dichotomy,” jelasnya.
Setiono menambahkan, pilihan hasil pembelajaran khusus untuk LOTS dan HOTS tidak sembarangan atau acak, tetapi harus dengan setia mencerminkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. “The choice of specific learning outcomes for both LOTS and HOTS is not haphazard or random, but must faithfully reflect the learning objectives already established before,” tuturnya. (Vita)