PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menyatakan zaman keemasan kedua sejarah peradaban Islam akan terwujud apabila mindset pengembangan ilmu pengetahuan kembali menempatkan wahyu Allah sebagai bangunan utamanya.
Pernyataan itu disampaikan Saad dalam penutupan acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakoornas) SMK Muhammadiyah Se-Indonesia di Hotel Savana Jalan Letjen Sutoyo 30-34 Malang, Sabtu (2/1/19). Acara tersebut diikuti oleh 270 Kepala SMKM dari 19 provinsi di Indonesia.
Saat mengatakan, ketika masa kejayaan peradaban Islam, bangunan ilmu pengetahuan selalu menempatkan wahyu Allah SWT sebagai yang utama.
“Fokus bangunan mindset peradaban Islam dalam era kejayaan Islam ialah Allah SWT. Sebab, asal segala sesuatu itu dari Allah, dan nanti dalam proses berkembangnya itu sesuai garis atau sunatullah, akhirnya pun kembali pada Allah. Tapi, dalam bangunan ini tidak menanggalkan dimensi materi,” katanya.
Baru setelah itu, lanjut dia, para pemikir Islam menempatkan pikiran rasional, bukti empirik, dan intuisi di urutan setelah wahyu. Dosen Pascasarjana UIN Maulana Maliki Malang itu mengungkapkan, Imam Al Ghazali misalnya, menempatkan intuisi di urutan setelah wahyu. Kemudian, Ibnu Rus menempatkan pikiran rasional. Sedangkan, Ibnu Taimiyah menempatkan bukti empirik.
“Untuk urutan kedua, ketiga, dan keempat ini para pemikir Muslim satu sama lainnya saling berbeda pendapat. Tapi, wahyu tetap yang utama,” urainya.
Ia menegaskan, dengan bangunan seperti itu tidak pernah terjadi sekulerisme dalam dunia Islam. “Dalam pemikiran paling moderat sekalipun tidak pernah terjadi. Bahkan, dalam pemikiran yang ekstrim tidak pernah membuang agama,” ungkapnya.
Nah, Saad melanjutkan, setelah perang salib yang dimenangkan umat Islam itu terjadi, dunia Barat mulai belajar sejarah zaman keemasan peradaban Islam.
“Mereka (pemikir Barat) pun mulai mempelajari bangunan ilmu pengetahuan itu. Tapi, karena mereka punya kitab suci sendiri, maka bangunan yang pertama itu tidak diambil. Mereka pun menempatkan pikiran rasional, bukti empirik dan intuisi dalam pengembangan ilmu pengetahuannya,” terangnya.
Singkatnya, ketika ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat di dunia Barat, para pemikir Barat akhirnya banyak yang meninggalkan dogma agama karena dianggap tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan.
“Itulah awal berkembangnya sekulerisme, yang memisahkan agama dengan ilmu pengetahuan. Dan, di negara maju yang ilmu pengetahuannya itu berkembang pesat itu agama Nasrani banyak kehilangan pengikutnya,” ungkapnya.
Maka dari itu, kata dia, cara berdakwah paling praktis dan efektif ialah dengan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebab, kitab suci yang tahan terhadap kritik ilmiah. Bahkan, tidak bisa dikritik secara ilmiah hanyalah Alquran.
“Insyaallah, jika kita mengembangkan ilmu pengetahuan bersumber dari wahyu, maka akan runtuh agama-agama yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan ,” tandasnya. (Aan)
Discussion about this post