PWMU.CO-Serombongan emak-emak Aisyiyah Tanggul Jember mengunjungi Pesantren Al Islah Paciran Lamongan, Jumat (8/3/2019). Mereka menengok anak-anaknya yang duduk kelas 9 SMP dan 12 MA menjelang Ujian Nasional (UN).
Rombongan berangkat pukul 02.30. Perjalanan tidak seperti biasanya. Meskipun pagi dini hari ternyata jalan macet juga akibat jalan rusak. Menjelang lokasi pondok, jalan padat anak-anak berangkat sekolah dan pekerja menuju kantornya.
Tiba di lokasi pukul 08.30. Molor lebih satu jam. Alhasil, begitu sampai pesantren ada yang bisa langsung bertemu putranya. Tapi ada juga yang harus bersabar menunggu karena si buah hati sedang ujian lisan di sekolah.
”Waduh, anakku masih ujian lisan Bahasa Inggris di SMP, baru bisa bertemu pukul 10.00,” kata Nurul Aini, ketua Aisyiyah Ranting Kramat Sukoharjo Tanggul. Bersama Velly Evellyantin duduk menunggu di teras aula sambil memperhatikan para santri yang lalu lalang.
”Sabar, sebentar lagi juga bertemu. Lebih lama perjalanan dari pada menunggu anak ujian,” goda Humaiyah, sekretaris PCA Tanggul. Mendengar hal ini Aini dan Velly tersenyum.
Memberi motivasi menghadapi UN harus dilakukan orang tua untuk anaknya yang mondok di pesantren. Apalagi intensitas pertemuan dan berkomunikasi melalui telepon jarang dilakukan. Alasan santri jika ditanya mengapa jarang telepon, jawabnya, malas antre di wartel pesantren. Sebab santri dilarang bawa HP.
Tak berapa lama senyum lebar menghias bibir Alif, Rayhan, Hamdan, siswa kelas 9 SMP Muhammadiyah 12 Paciran begitu melihat emak- emak datang berkunjung. Mereka saling berpelukan dan memberikan ciuman kepada ibu tersayang. Setelah itu bekal makanan kesukaan dikeluarkan. Tapi para santri menolak ketika diajak makan.
”Baru sarapan, Bu. Nanti saja setelah shalat Jumat kita makan bareng,” kata Husni Abadi Emha, siswa kelas 12 MA Al Islah kepada ibunya, Humaiyah.
Anak-anak itu pun langsung pinjam HP ibunya untuk menelepon ayah dan saudara yang lama tidak bertemu. Mereka ngobrol melepas kerinduan. Lewat video call mereka bisa saling melihat wajah dengan ekspresinya.
Menjelang ujian ini, emak-emak memberi nasihat anaknya jangan lupa shalat tahajud. ”Ujian Nasional bukan hanya urusan otak. Tapi juga butuh pertolongan Allah agar memberikan kemudahan. Jadi tahajud dan puasa sunnah harus lebih rajin dari biasanya,” kata ibu pada anaknya.
Ibu anak itu juga bicara tentang kelanjutan sekolah setelah lulus. Mereka yang SMP saat lulus ingin melanjutkan ke MA Al Islah. Sedangkan santri MA ketika lulus ingin melanjutkan ke Universitas Muhammadiyah Jember, atau ikut ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. (Humaiyah)