
PWMU.CO – Ideologi komunis tidak akan pernah mati. Selama ada kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan maka komunis akan tumbuh.
Demikian yang diutarakan Prof Dr Aminuddin Kasdi saat menjadi pembicara dalam Kajian Ahad Pagi Masjid An Nur, Komplek Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo, Ahad (17/3/19).
Menurut Guru Besar Sejarah Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut, komunis akhir-akhir ini telah bertranformasi ke arah KGB (komunis gaya baru). “Mereka tidak lagi menggunakan cara-cara revolusioner. Tapi melalui perundang-undangan, legislasi dan hukum yang berlaku,” ungkap Aminuddin.
Beberapa aturan yang diganti itu, lanjut dia, di antaranya tentang agama presiden yang dulu harus Islam sekarang tidak. “Dulu juga presiden itu harus orang Indonesia asli, sekarang WNI boleh menjadi presiden,” tuturnya.
Maka kata Aminuddin, keadaan yang dirasakan sekarang sama dengan tahun 1963-1964. “Saat ada yang tidak sepakat dengan pemerintah maka akan dicap sebagai ekstremis kanan. Pengkhianat NKRI,” ujar dia.
Bahkan, lanjut Aminuddin, keadaan sekarang dapat dikatakan lebih parah dari 1965. Karena banyak aparat keamanan hingga ASN (aparat sipil negara) yang disinyalir tidak netral menjelang pemilihan umum.
Padahal, tambah dia, yang merumuskan Piagam Jakarta dan para anggota BPUPKI itu mayoritas para ulama yang notabene mereka beragama Islam.

Maka dari itu, Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi benteng yang mencegah komunis itu tumbuh. “Muhammadiyah bisa membuat surat penolakan kepada Komnas HAM yang menyebut PKI sebagai korban tragedi 1965,” ungkap dia.
Ditanya secara terpisah, Aminuddin menyebut razia terhadap buku-buku berbau komunis oleh aparat di beberapa daerah dianggap sudah tepat. “Meskipun tidak begitu efektif, karena buku-buku tersebut masih bisa diakses masyarakat luas,” imbuhnya.
Menurutnya, buku-buku berbau komunis boleh dikaji secara akademis dan ilmiah. “Untuk para akademisi boleh, tapi jika untuk umum bisa berbahaya. Kebebasan tetap ada batasnya,” ujar Aminuddin. (Darul).