PWMU.CO-Pemerintah Kabupaten Pacitan mengadakan kegiatan Fasilitasi Forum Pengurangan Risiko Bencana dengan mengundang relawan perempuan dari berbagai elemen organisasi, Kamis (11/4/2019).
Para relawan itu berasal dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Muslimat, PKK seluruh kecamatan termasuk para Ibu Camat. Relawan perempuan ini dinamai Srikandi Siaga Bencana. Pertemuan di sebuah hotel di Kota Pacitan.
Ketua MDMC Pacitan Agus Hadi Prabowo memberikan mandat kepada lima Srikandi MDMC menghadiri kegiatan itu. Seperti Indah Kurnia Dewi, Uli Rahmawati, Endang Mia, Minhatul Haniah dan Dwi Supalastri.
Banyak peserta yang dapat hadir. Suasana kebersamaan. Bahkan ada yang merasa seperti reuni karena bertemu dengan kawan lama di tempat itu.
Pembicara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bergantian memaparkan materi kebencanaan. Yaitu Diannitta Agustinawati SE, Diana, Indar Siswoyo, dan M. Arif Setiyadi.
Diannitta memaparkan, keadaan tanah di Pacitan itu bergerak. Setiap saat bisa terjadi bencana. ”Dikatakan bencana itu jika ada korban jiwa. Maka diharapkan memahami bencana itu dan mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan,” tuturnya.
Game juga diberikan untuk memahami arti bencana. Peserta dibagi lima kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 10-15 orang. Tiap kelompok diberi tiga lembar kertas, satu kresek transparan, dua utas tali rafia dan sebutir telur.
Peserta disuruh menjatuhkan telur setinggi orang berdiri namun tidak pecah. Langsung tiap kelompok sibuk diskusi. Lalu membungkus telur dan mengikatnya. Tiap kelompok kemudian menjatuhkan telur itu dari atas.
Setelah dijatuhkan masing-masing membuka bungkusannya. Dari lima kelompok ada tiga telur yang utuh. Dua lainnya pecah.
Dari demonstrasi itu dijelaskan, telur diumpamakan sebagai bencana. Membungkusnya adalah cara mengatasi bencana agar mengurangi dampak risiko yang terjadi.
Selanjutnya dijelaskan simbol segitiga biru logo dari BNPB. Kepedulian terhadap bencana yaitu dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Itulah satu kesatuan yang saling menguatkan.
”Pacitan yang memiliki teluk sangat berisiko terjadi tsunami. Maka seluruh warga perlu mengetahui tempat-tempat pengungsian yang aman, di antaranya daerah yang tinggi,” katanya.
Dijelaskan, perempuan adalah ratu di rumah tangga. Sebab semua urusan ibu. Letak barang-barang di rumah ditanyakan kepada ibu. Anak atau bapak mencari obat, gunting, baju, pemotong kuku, tanya ke ibu. Perempuan juga lebih aktif di komunitasnya dibanding laki-laki. Seperti PKK, Dasa Wisma.
”Itu yang dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi tentang kebencanaan, dibandingkan mengomongkan yang tidak bermanfaat,” tandasnya.
Arif Setiyadi memandu simulasi bencana. Pertama, siapkan tas siaga yang berisi obat-obatan P3K, botol minum, selimut, senter, alat makan, alat mandi lengkap, pembalut, jas hujan, peluit, power bank, lilin dan korek, kue kering, baju, dan dokumen. Disarankan dokumen penting difoto dan diupload di google drive agar aman.
Tips penyelamatan juga diberikan. Diserukan jangan panik dan mengambil tindakan secepatnya. “Misal bencana gempa, jika gempa besar terjadi maka diperintahkan untuk merunduk dengan tangan kanan melindungi kepala dan dagu. Tangan kiri melindungi kepala belakang/tengkuk,” katanya.
Jika sedang duduk, sambung dia, maka balikkan kursinya dan berlindung di baliknya dengan posisi merunduk, tangan melindungi kepala. Atau di bawah meja jika yang terdekat adalah meja. Pengetahuan semacam ini belum banyak didapatkan warga, jika tidak ada sosialisasi kebencanaan di daerahnya. (Endang Sumiati)