PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 3 (SMAM 3) Surabaya melakukan studi banding ke SMK Muhammadiyah 7 (SMK Mutu) Gondanglegi, Kabupaten Malang, Sabtu (13/4/19).
Dalam paparannya, Kepala SMK Mutu H Pahri SAg MPd menyampaikan, bisa diteria akal jika sekolahnya tidak maju sebab lokasinya di desa. “Berbeda dengan sekolah di kota yang didukung oleh banyak potensi. Orang kaya, sarana, transportasi dan sebagainya, semua ada di kota,” ujarnya.
Tapi menurut Pahri, persoalannya bukan di desa atau kota. “Apakah kita memiliki visi, mindset, inovasi, kreativitas, dan greget,” ujarnya menyebut faktor-faktor yang mendorong kemajuan sekolahnya.
Pria asli Bangkalan Madura itu kemudian menceritakan bagaimana dia memimpin sekolahnya hingga menjadi Sekolah Unggulan Nasional. “Jika lebih banyak keluhan kita tidak akan mengalami pencerahan. Karena itu kami bertekad mekakukan terobosan,” ungkapnya.
Dia bercerita, pada tahun 1994-2009 SMK Mutu Gondanglegi baru memiliki 500-an siswa, dengan dua jurusan. Saat itu, kata dia, minus prestasi dan disiplin rendah. “Dengan lahan seluas 6.800 m2, maka harus ada keberanian untuk menanam investasi demi prestasi ke depan,” jelasnya.
Alhamdulillah, sambungnya, berkat kerja keras, disiplin, dan kekompakan SDM (sumber daya manusia) kami menatap masa depan dengan optimis. “SMK Mutu akhirnya dapat mewujudkan mimpi dan cita-cita menjadi sekolah unggulan dan teladan,” ujarnya.
Buah kerja keras itu, saat ini baru bisa dipetik. “Sekarang sekolah kami memiliki lahan lebih dari tiga hektar dan mampu menampung sekitar 3.000-an siswa yang terbagi dalam 98 rombel (rombongan belajar),” ujar dia kepada pimpinan, guru, dan karyawan SMAM 3 Surabaya.
Pahri menekankan, kalau ingin maju, sekolah Muhammadiyah harus memiliki blueprint atau cetak biru berupa proyek atau program penataan dan pengembangan sekolah ke depan meliputi manajemen PTK, kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, dan anggaran.
“Sekolah harus memiliki peta kebutuhan untuk membangun kerja sama dengan pelanggan atau masyarakat yang akan menjadi sasaran dan pengguna pendidikan kita,” ulas Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) ini.
Alumni bertaraf internasional
Dia menyampaikan, sekolah harus berani menyiapkan calon custumer yang mendambakan target keunggulan sebagai tujuan pendidikan. “Kita memang berusaha agar sekolah ini mampu melahirkan produk SDM yang tidak hanya unggul secara lokal, tetapi keunggulan nasional dan internasional,” ujarnya.
Menurut Pahri, hal itu terbukti dengan kemampuan sekolahnya mengantarkan alumni untuk bisa bersaing dan diserap oleh dunia internasional. “Sudah banyak alumni SMK Mutu ini yang melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi di luar negeri dengan prestasi membanggakan,” ungkap dia.
Pahri menuturkan, sejak tahun 2010-an SMK Mutu menetapkan 10 komitmen untuk pimpinan, guru, dan karyawan yang harus dilaksanakan dengan penuh dedikasi, disiplin, ikhlas, cerdas, dan siap kerja keras. “Harus ada rekayasa kurikulum yang bisa jadi pedoman standar untuk meraih prestasi. Sebagai contoh tidak mungkin siswa menguasai bahasa Inggris jika jam belajar untuk mata pelajaran ini hanya dua jam,” urainya.
Di SMK Mutu ini, sambung dia, pelajaran bahasa Inggris disediakan 14 jam. Demikian pula jam pelajaran inti lain harus ditambah untuk memberikan keleluasaan siswa meraih kompetensi dan prestasi. “Misalnya pelajaran matematika harus diberikan setiap hari,” ucapnya.
Pelajaran Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab) sebagai karakter khusus sekolah Muhammadiyah, menurutnya, selain disajikan lewat teori, harus pula dipraktikkan dalam pembiasaan sehingga membentuk karakter.
“Sekolah harus berani melakukan terobosan terbaik untuk menaikkan pamor prestasi skala nasional maupun internasional di berbagai bidang,” pesannya.
Tentu saja, jelas dia, tidak menutup kemungkinan adanya reaksi negatif dari sebagian masyarakat ketika kita melakukan terobosan yang tidak normal. “Tetapi kita tetap harus konsisten dan yakin bahwa apa yang sedang kita rintis bukan pepesan kosong. Karena itu kita harus menjawabnya dengan kerja ikhlas, kerja cerdas, dan kerja keras,” kata dia.
Pahri mengajak agar sekolah-sekolah Islam, khususnya sekolah Muhammadiyah, berpacu mengejar prestasi mewujudkan idealisme menjadi sekolah teladan dan unggulan. “Selain siswa, guru dan karyawan harus berpacu meraih prestasi bersama. Kita tengah menghadapi kompetitor yang semakin keras persaingan untuk merebut prestasi. Maka, sekolah harus pula membuat standar penilaian kinerja PTK dengan penghargaan dan sanksi sebagai konsekuensi logis dari sikap profesionalnya,” papar dia.
Untuk mewujudkan kompetensi dan prestasi, jalas dia, manajemen harus menanamkan disiplin, kerjasama, kebanggaan melalui pembiasaan. “Berkat kerja sama dan kerja keras semua SDM yang ada, SMK Mutu kini menjadi sekolah kejuruan dengan 13 jurusan unggulan meliputi: Teknik Kendaraan Ringan, Sepeda Motor, Ototronik, Instalasi Listrik, Komputer Jaringan, Multimedia, Perhotelan, Jasa Boga, Perbankan, Admin Perkantoran, Farmasi, dan Keperawatan,” urainya.
Kini Pahri mengaku bangga, berbagai lembaga pendidikan dan profesi dalam dan luar negeri berkunjung ke SMK Mutu untuk melakukan studi banding dan kerjasama ke sekolah yang telah menorehkan prestasi nasional dan internasional ini.
“Kami terus melakukan terobosan agar lebih banyak lagi masyarakat yang memercayakan putra-putrinya sekolah di sini,” ujarnya.
Salah satu terobosan yang kami lakukan, ulasnya, adalah jemput bola dengan cara silaturahim ke sekolah-sekolah menengah dan masyarakat agar mereka memprioritaskan sekolah ini sebagai tempat pengembangan pendidikan putra-putri mereka. “Alhamdulillah cara ini sangat efektif sebagai strategi,” ucap Pahri. menghimpun siswa baru,”tambahnya.
Yang tak kalah menarik, SMK Mutu juga membebaskan siswa yatim dari biaya pendidikan dan biaya hidup melalui kerjasama dengan Lazismu Malang. “Di sekolah ini sejak tahun lalu kami mendirikan Kantor Layanan Lazismu. Dana yang terkumpul dari guru, karyawan, dan siswa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yatim dan siswa tidak mampu itu,” kata dia. (Abdul Hakim/ Habibie)