PWMU.CO – Hari masih pagi, tapi langkah-langkah kecil siswa-siswi kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 1 Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, ini terayun dengan penuh semangat. Wajah-wajah gembira menyelimuti mereka.
Selasa (23/4/19) ini adalah hari kedua pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) SD/MI yang berbarengan dengan USBN tingkat SMP/MTS.
Di hari kedua ini mata ujinya adalah Matematika, mata pelajaran yang oleh sebagaian besar anak dianggap sulit dan membingungkan, karena dipenuhi hafalan konsep, prinsip matematika, dan operasinya yang rumit. Tapi wajah-wajah ceria siswa MIM 1 Gumeno itu tidak menampakkan ketakutan atau kekhawatiran.
Ujian baru dimulai pukul 08.00 tapi mereka sudah tiba di sekolah sejak pukul 06.30 WIB, karena harus mengikuti kegiatan mengaji bersama.
Kepala MIM 1 Gumeno Alfajariyah MPd mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan siswa agar selalu melibatkan Allah dalam urusan segala urusan. “Juga menguatkan rasa percaya diri mereka bahwa Allah akan selalu bersama mereka dan akan memudahkan dalam menyelesaikan soal,” ujarnya.
Dengan mengaji dan berdoa, sambungnya, dapat memberi ketenangan hati sehingga dapat mengingat apa-apa yang telah dipelajari hari-hari sebelumnya. “Dengan mengaji dan berdoa sebelum ujian ini kami berharap siswa diberi kemudahan, kelancaran, dan keberhasilan dalam ujian,” kata Yaya—sapaan akrabnya.
Alumnus Matematika Pascasarjana UNESA Surabaya ini menyampaikan, kegiatan ini sebagai pelengkap dari rentetan program persiapan USBN yang sudah dilaksanakan tiga bulan terakhir. “Di antaranya bimbingan tambahan selama dua bulan lebih. Bimbingan yang dilaksanakan selepas pulang sekolah dan selepas shalat maghrib ini tidak berbayar,” ungkap dia.
Menurut Yaya, hal itu adalah sebuah kepedulian yang luar biasa dari ibu-ibu guru yang tidak berorientasi pada rupiah. “Sebuah sikap yang sudah mulai jarang kita temui di sela hiruk-pikuk kehidupan yang serba materialistis,” ujarnya.
Yaya menegaskan, semua upaya yang dilakukan madrasahnya itu untuk melatih siswa untuk mengerjakan soal ujian dengan jujur dan bersih. “Karena mereka yakin bahwa ada Allah yang selalu melihat dan mencatat setiap perbuatan mereka termasuk dalam mengerjakan soal ujian,” tuturnya. “Nilai bagus memang baik, tapi kejujuran lebih utama.” (Nurul Wafiah)