
PWMU.CO – Dengan cekatan 15 remaja—tujuh putra dan delapan putri—itu secara bergantian melesatkan anak panah pada sasaran lingkaran yang berlapis biru, merah, dan kuning. Sorak sorai terdengar jika salah satu dari mereka berhasil melesatkan anak tepat pada sasaran.
Sebelumnya, mereka merakit busur, melakukan senam, dan memasang objek sasaran yang terbuat dari banner.
Itulah suasana ketika para ‘Arjuna’ dan ‘Srikandi’ SMA Muhammadiyah 2 (Smamda (Sidoarjo) sedang berlatih di Sport Center Smamda, Rabu (24/4/19). Mereka adalah para pemanah yang tergabung dalam ekstrakurikuler (ekskul) Panahan.
Waka Kesiswaan (Wakasis) Smamda Sidoarjo Yudi Prianto, menjelaskan Panahan termasuk ekskul baru, karena lahir di tahun pelajaran 2018/2019. “Memang ekskul baru. Siswa-siswa yang memintanya, karena mereka ingin mengasah terus kemampuan memanahnya saat di SMP dulu. Tapi ada juga yang baru belajar,” ujarnya.
Meski baru, tapi sekolah sangat keseriusan dalam memfasilitasi panahan. Pelatih berlisensi nasional didatangkan. Dia adalah Gatot Ariyanto, pelatih panahan bertaraf nasional dan internasional.
Dia pernah meraih medali dari berbagai even, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), Sea Games, Meteksan Archery Word Cup di China, Asian Archery Grand Prix di Myanmar, dan Asian Grand Prix di Iran.
“Saya berlatih memanah sejak 1986 sampai 2010. Walaupun tidak belajar pada usia ideal, alhamdulillah saya mampu,” ujarnya pada PWMU.CO yang menemuninya di sela latihan.
Menurutnya, usia ideal untuk belajar memanah adalah usia enam tahun. “Dan untuk bisa memanah tak perlu orang yang berbakat,” ungkapnya.
Dia menyampaikan, kemampuan siswa-siswa Smamda sudah mencapai 65 persen, sehingga bisa mengikuti Pekan Olahraga Kabupaten (POPKAB) Sidoarjo 29-31 Oktober 2018.

Salah satu Srikandi Smamda adalah Septianisa Ulfalah siswa kelas X MIPA 8, Dia mengaku mengikuti ekskul ini karena orangtuanya. “Ikut ekskul panahan saja, karena itu olahraga yang disunahkan Nabi,” ungkapnya menirukan.
Dia mengaku, saat awalnya latihan badannya sakit semua. “Ya sih, badan sakit semua. Bahkan pernah cidera, memar di lengan,” ungkapnya. Tapi lambat laun akhirnya dia sangat menyukai olahraga yang cukup langka diminati remaja putri di zaman sekarang.
“Senang karena seru! Pelatihnya juga baik dan care pada siswa-siswa panahan,” tegasnya. Ia pun menjelaskan sembilan langkah dalam memanah.
“Yang pertama, stand, posisi berdiri dengan kaki dibuka sejajar bahu. Pegang busurnya atau grip, lalu letakkan jari telunjuk, tengah, dan manis di tali busurnya (hook),” jelasnya.
Kalau sudah, sambungnya, angkat busurnya—istilahnya setting awal—lalu drawing atau tarik tali busurnya hingga menempel di hidung.
“Kemudian lakukan angker, yaitu tempelkan tangan di dagu lalu bidik sasaran. Dua langkah terakhirnya adalah lepaskan anak panah (release), diteruskan dengan after hold atau diam sejenak. Pasti deh, anak panah tepat sasaran,” jelasnya dengan semangat.
Dia menyampaikan harapan kepada teman-teman Smamda, agar tidak takut mengikuti panahan. “Badan jadi sehat dan kita pun dapat melatih konsentrasi.” (Siti Agustini)
