PWMU.CO – Munculnya berbagai kasus kekerasan seksual pada anak-anak belakangan ini membuat banyak pihak ikut prihatin. Pemerintah pun tampak sigap. Pada tanggal 25 Mei 2016 Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) tentang hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual pada anak.
(Baca: Tugas Mendidik Anak pada Ayah, bukan Ibu apalagi Sekolah dan Masjid Harus Sediakan Wifi, Buku, dan Kopi agar Lebih Menarik dari Warkop)
Namun, menurut aktivis dakwah Ir Misbahul Huda, Perpu No 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini jangan sampai membuat para orang tua merasa aman. Sebab jika itu yang terjadi, akan menimbulkan keteledoran.
“Perpu itu pendekatan hukum bagi yang punya nalar dan akal sehat. Sementara para pelaku pemerkosaan anak yang disertai pembunuhan itu, nalarnya telah hilang. Mereka dipengaruhi oleh minuman keras,” kata Huda, panggilan akrabnya, dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid Attaqwa, Wisma Sidojangkung Indah, Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Ahad (5/6).
(Baca: Pentingnya Pendidikan Agama di Tengah Godaan Setan Global)
Manusia, kata Huda, diberi akal untuk mampu menahan godaan hawa nafsu. Tapi minuman keras atau narkoba justru membuat para pemakainya kehilangan akal. “Maka tanpa kontrol akal, manusia akan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan,” kata Huda sambil mengutip Alquran Surat Alfurqan Ayat 43, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
Menurut mubaligh yang menjadi anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2010-2015 ini, Perpu itu bisa memberi efek jera bagi orang yang sehat akalnya. Tapi bagi para pemabuk dan pecandu narkoba, Perpu akan kehilangan fungsinya. “Oleh karena itu, sebagai orang tua jangan sampai kita dininabobokan oleh Perpu itu sehingga merasa aman,” ujarnya di hadapan 200-an jamaah yang berasal dari berbagai perumahan sekitar Wisma Sidojangkung Indah.
(Baca juga: Jihad di Bidang Pendidikan adalah Salah Satu Fokus Muhammadiyah dalam Mengurus Umat)
Menurut Huda, dakwah Rasulullah bukan dimulai dengan pendekatan hukum. “Di Mekkah, Rasulullah tidak bicara soal hukum, melainkan membangun mental atau akidah umat,” ujarnya. Menurut ayah dari 6 anak ini, sebenarnya revolusi mental yang dicanangkan Pemerintah Jokowi sudah benar. “Sayangnya revolusi mental itu hanya didengung-dengungkan. Tidak ada implementasi yang jelas,” katanya.
Selain menyoroti Perpu Kebiri, penulis buku Ummi Inside ini juga banyak menyinggung soal peran orang tua, khususnya ayah, dalam proses pendidikan anak. Huda mengkritik orang tua yang sering pasrah bongkokan pada lembaga pendidikan. “Bahaya kalau kita terlalu percaya kepada sekolah,” ujarnya. (Nurfatoni)