PWMU.CO – Seperti yang diketahui, pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan pernah menikahi 4 perempuan dengan berbagai alasan. Dari keempatnya, hanya 3 istri yang memberinya keturunan. Yaitu Siti Walidah atau yang lebih dikenal Nyai Ahmad Dahlan dengan 6 anak, serta Raden Ayu Windyaningrum (Nyai Abdullah) dan Aisyah. Raden Ayu Windyaningrum, yang masing-masing dengan seorang anak. Tentang alasan Kyai Dahlan melakukan poligami bisa dibaca di link ini: Inilah Penjelasan Kenapa KH Ahmad Dahlan Berpoligami?
Lazimnya pada awal abad ke-20, usia pernikahan perempuan masih tergolong sangat muda. Raden Ayu Windyaningrum misalnya, dia dinikahi Kyai Dahlan ketika masih berusia 16 tahun, yang itupun sudah berstatus janda ketika berusia 15 tahun. Usia yang masih sangat muda juga terjadi pada diri Aisyah, yang dinikahi ketika masih berusia 15 tahun.
(Baca: Siti Walidah, Lebih dari Seorang Kartini dan Salah Satu Perbandingan Kartini dan Siti Walidah)
Sebagai seorang yang bergerak dalam pergerakan, Nyai Ahmad Dahlan sangat menyadari bahwa kematangan usia dalam pernikahan sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan ketika kedua istri Kyai Dahlan itu melahirkan anak. R Dhuri yang dilahirkan Raden Ayu Windyaningrum maupun Siti Dandanah yang dilahirkan Aisyah, keduanya dirawat oleh Nyai Ahmad Dahlan.
Tidak beda dengan 6 putra-putri kandungnya sendiri, Nyai Ahmad Dahlan juga merawat kedua anak tirinya itu dengan sepenuh hati. Terkadang tegas, terkadang lembut, sesuai dengan situasi dan kondisi. Salah satu kisah yang diceritakan dalam “Kenangan Keluarga Terhadap KH A Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan”, adalah bagaimana Nyai Dahlan mengajarkan “ibadah” sebagai urusan nomor satu dibandingkan dengan urusan apapun.
(Baca: 5 Cara Emas Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghozali dan Pesan Pak AR: Cara Menasehati Istri dan Anak)
Alkisah, dengan mengutip anak dari R Dhuri yang sekaligus cucu Kyai Dahlan, Zubaidah dan Harmonah, diceritakan bagaimana ketegasan Nyai Dahlan tentang masalah ibadah ini. Suatu saat, cerita Zubaidah dan Harmonah, ayahnya yang memang punya bakat bermusik sedang asyik bermain biola. Tidak berselang lama kemudian, waktu shalat tiba.Nyai Ahmad Dahlan mencoba mengingatkan dan menyuruh anaknya itu untuk berhenti bermain musik dan menunaikan ibadah shalat
Namanya anak, apalagi sedang asyik-asyiknya bermain musik, ternyata R. Dhuri tetap asyik dengan biolanya. Setelah dengan ucapan tidak diindahkan, maka Nyai Ahmad Dahlan mengambil biola tersebut dan dimasukkan dalam tungku api. “Sikap Nyai Ahmad Dahlan ini menunjukkan untuk persoalan ibadah harus ada ketegasan dalam mendidik anak sehingga mereka tidak akan menomorduakan shalat,” begitu tulis Widiyastuti, canggah dari KH Ahmad Dahlan.
(Baca: Kisah Mbah Saturi, ‘Wonder Women’ Sepuh dari Gondanglegi dan Begini Cerita Bung Karno Masuk Muhammadiyah)
Selain R. Dhuri dan Siti Dandanah, 6 putra-putri Kyai Dahlan lain dari jalur Siti Walidah adalah Siti Djohanah, Sieraj, Siti Busro, Siti Aisyah, Djumhan (Irfan), dan Siti Zuharoh. Demikian cara Nyai Ahmad Dahlan dalam mendidik anaknya dengan tegas jika terkait dengan masalah agama. Anda, bagaimana? (lazuardy arkoun)